Ramai suara orang di balai RT 11, tak jauh dari rumah Paryati. Besok hari libur ada pemilihan kepala desa. Orang-orang akan mendatangi TPS bilik di balai RT untuk menyentuh pilihannya. Kabarnya pilkades tahun ini cukup disentuh di layar komputer, bukan lagi dicoblos. E-voting namanya. Paryati tahu dari sosialisasi bu RT.
"Bu, ada acara di balai." Suara Ucup terdengar bersemangat. Kakinya berlari masuk rumah. "Ibu datang kan? Biasanya ada kue kalau acara di balai. Aku mau kue." Â
Mendengar suara ramai dan micropone dinyalakan di balai, Ucup yang asik bermain bola di tanah lapang berlari pulang. Melupakan dua temannya yang berteriak protes sebab ia meninggalkan gawang.Â
"Acaranya besok Cup. Ada Pilkades. Sore ini pak RT dan bapak-bapak lain cuma siap-siap." Paryati duduk diantara tumpukan baju yang hendak dilipat. Dia memisahkan baju yang perlu disetrika. Bajunya tak banyak. Sebagian besar cukup dilipat sekenanya.Â
"Berati dapat kuenya besok Bu?" Ucup tak sabar bertanya.Â
Paryati menghentikan lipatannya. Ditatapnya wajah bulat anaknya.
Tiap ada kegiatan di balai, Ucup orang pertama yang menanyakan kudapan. Pengajian RT, rapat RT dua bulanan, arisan PKK, sampai posyandu, Ucup tahu Ibunya akan membawa pulang makanan.Â
Setahun ini hampir tidak ada kegiatan di balai RT mereka. Selama itu pula keluarga Ucup makin jarang menikmati makanan kecil, kudapan dan kue lainnya.Â
"Besok cuma nyoblos Cup. Tidak ada kue."Â
"Yah...." Ucup kecewa. Kakinya mulai menghentak lantai.Â