Mohon tunggu...
yosifa nisa
yosifa nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya mahasiswa matematika unissula

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Math Vibes

22 September 2025   10:31 Diperbarui: 22 September 2025   10:30 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi banyak siswa, matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan. Kalimat "matematika itu sulit" seakan menjadi stigma yang diwariskan dari generasi ke generasi. Tidak sedikit peserta didik yang mengaitkan matematika dengan angka-angka rumit, simbol-simbol abstrak, dan rumus panjang yang membingungkan. Akibatnya, muncul rasa cemas setiap kali berhadapan dengan pelajaran ini.

Namun, pada hakikatnya matematika tidak hanya sebatas hitungan angka atau sekadar soal di lembar ujian. Lebih dari itu, matematika adalah sarana untuk mengasah kemampuan berpikir kritis, logis, dan sistematis. Ketika diajarkan dengan cara yang tepat, matematika justru dapat menjadi pelajaran yang menyenangkan, menantang, sekaligus bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Perubahan cara pandang ini penting terutama di era sekarang, di mana generasi muda dituntut untuk mampu beradaptasi dengan cepat, berpikir kreatif, dan memiliki daya problem solving yang tinggi. Karena itu, pembelajaran matematika perlu dikemas dengan pendekatan baru yang lebih sesuai dengan karakter generasi saat ini.

Matematika dan Generasi Z

Generasi Z, yaitu mereka yang lahir pada pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, merupakan kelompok yang tumbuh di era digital. Sejak kecil, mereka akrab dengan gawai, internet, dan berbagai aplikasi yang membuat hidup lebih praktis. Pola pikir Gen Z cenderung cepat, visual, interaktif, dan lebih suka hal-hal yang memiliki relevansi nyata dengan kehidupan.

Karakter ini tentu berdampak pada gaya belajar mereka. Gen Z tidak mudah bertahan dengan metode konvensional yang monoton, seperti mencatat rumus berulang kali atau menghafal tanpa memahami konteks. Mereka lebih tertarik pada metode pembelajaran yang kreatif, variatif, serta dekat dengan pengalaman sehari-hari.

Oleh sebab itu, pembelajaran matematika yang menyenangkan harus mampu memanfaatkan teknologi, menghadirkan pengalaman visual, serta menekankan aspek praktis. Dengan begitu, siswa tidak lagi merasa tertekan, melainkan termotivasi untuk mengeksplorasi matematika secara mandiri.

Mengapa Matematika Perlu Menyenangkan

Pembelajaran yang menyenangkan bukan berarti menghilangkan keseriusan dalam belajar, melainkan mengubah atmosfer kelas agar lebih ramah, interaktif, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Dalam psikologi pendidikan, suasana belajar yang positif terbukti dapat meningkatkan motivasi intrinsik, yakni dorongan dari dalam diri siswa untuk belajar tanpa harus dipaksa.

Jika matematika hanya diajarkan dengan cara kaku, siswa cenderung mengembangkan math anxiety atau kecemasan terhadap matematika. Kondisi ini membuat mereka enggan mencoba, cepat menyerah, dan sulit memahami konsep yang diajarkan. Sebaliknya, jika matematika dikemas secara menyenangkan, siswa akan lebih berani mengambil risiko, tidak takut salah, dan lebih cepat memahami pola berpikir matematis.

Strategi Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Ada berbagai cara yang dapat digunakan pendidik untuk menciptakan suasana belajar matematika yang menyenangkan, di antaranya:

1. Game-Based Learning

    Matematika dapat diajarkan melalui permainan edukatif, baik secara tradisional maupun digital. Misalnya, guru membuat kuis interaktif menggunakan aplikasi Kahoot! atau Quizizz. 

2. Project-Based Learning

    Siswa dapat diajak mengerjakan proyek yang berkaitan dengan matematika. Contohnya, membuat perencanaan anggaran untuk kegiatan sekolah, mendesain taman dengan memperhatikan konsep luas dan keliling, atau merancang miniatur bangunan dengan prinsip geometri.

3. Problem-Based Learning

    Metode ini mengajak siswa menyelesaikan persoalan nyata. Misalnya, guru memberi kasus: "Sebuah acara musik memiliki dana Rp50 juta. Berapa harga tiket yang harus dijual agar modal kembali dan panitia mendapat keuntungan?" Melalui diskusi dan analisis, siswa belajar aljabar dan logika bisnis sekaligus.

4. Pemanfaatan Teknologi

     Teknologi dapat menjadi sahabat terbaik dalam belajar matematika. Aplikasi seperti GeoGebra atau Desmos dapat membantu siswa memahami grafik dan geometri secara visual.

Dengan strategi-strategi tersebut, matematika tidak lagi terkesan abstrak dan jauh dari kehidupan. Sebaliknya, siswa akan merasa lebih dekat, lebih paham, dan lebih percaya diri dalam menghadapi pelajaran ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun