Jika dibiarkan seperti ini terus, ketahanan pangan nasional akan semakin sulit untuk dipertahankan. Sukun sangat layak menjadi pangan alternatif pendamping karena memiliki kandungan karbohidrat, vitamin dan mineral yang cukup baik.
Pada buah sukun terdapat kandungan pati dengan kadar mencapai 75%, protein 5%, glukosa 31%, dan lemak 2%. Buah sukun yang telah dimasak menjadi sumber vitamin A dan B komplek.Â
Mineral Ca dan P yang terkandung dalam buah sukun lebih baik dari pada kentang. Komposisi gizi sukun relatif tinggi, dalam 100 gram berat basah sukun mengandung karbohidrat 35,5%, fosfor 35,5%, lemak 0,2%, protein 0,1%, abu 1,21%, kalsium 0,21%, kadar air 61,8%, besi 0,0026%, dan serat 2%.Â
Buah sukun mengandung mineral dan vitamin yang lebih lengkap dibandingkan dengan beras, dengan kalori yang lebih rendah, sehingga cocok dijadikan makanan diet.Â
Sukun memiliki daging buah yang tebal dan rasanya manis, serta mengandung zat pati yang cukup tinggi. Pati merupakan zat tepung dari karbohidrat dengan suatu polimer senyawa glukosa yang mengandung amilosa dan amilopektin.
Masyarakat biasa mengkonsumsi buah sukun sebagai pendamping minum  kopi atau teh dengan cara  digoreng atau dikukus. Buah sukun sangat berpeluang untuk diinovasikan menjadi berbagai macam produk olahan pangan. Bebrapa contoh diantaranya yaitu mie sukun, es krim, aneka camilan seperti keripik sukun konvensional, kecimpring, keripik sukun simulasi, stik sukun.Â
Selain itu cemilan buah sukun bisa diolah menjadi tepung sukun sebagai bahan pembuat roti. Dengan pengemasan yang baik tepung sukun dapat bertahan hingga 9 bulan.Â
Rendemen tepung sukun bervariasi berkisar antara 17---24,4%, tergantung varietas, tingkat kemasakan buah, dan teknik pembuatan tepungnya.Â
Dalam pembuatan tepung, dipilih buah sukun yang matang optimal (tua tapi masih keras) atau 7---10 hari sebelum petik optimal, sehingga dapat diperoleh tepung dengan rendemen tinggi dan mutu yang baik.Â