Faktor inilah yang turut membantu posisi Liga Malaysia cukup konsisten berada di peringkat 15 besar Asia. Di Asia Tenggara, posisi ini hanya kalah dari Liga Thailand, yang cukup konsisten di posisi 10 besar Asia.
Dari dalam tim, Johor Darul Takzim cenderung bernuansa Spanyol. Selain dari kebiasaan dalam merekrut pemain asing, kehadiran Luis Garcia (eks pemain Liverpool dan Timnas Spanyol) di posisi CEO klub (sejak 2024) memperjelas nuansa Negeri Matador di tim.
Bisa jadi, dari sini juga, FAM mendapat sokongan akses korespondensi pemain di Spanyol dan Amerika Latin. Seperti diketahui, tim-tim Liga Spanyol biasanya memiliki jejaring pencarian bakat cukup kuat di Amerika Latin, khususnya Amerika Selatan.
Makanya, tidak aneh kalau 6 dari 7 pemain naturalisasi bermasalah yang jadi sorotan berasal dari dua wilayah ini. Gabriel Felipe Arrocha, dan Jon Irazbal Iraurgui diketahui lahir di Spanyol. Facundo Garces, Rodrigo Julin Holgado, dan Imanol Javier Machuca berasal dari Argentina, sementara Joao Vitor Brandao Figueiredo lahir di Brasil.
Satu nama lagi, yakni Hector Alejandro Hevel diketahui lahir di Belanda, dan disebut memiliki garis keturunan Malaysia dari kakeknya.
Secara kasat mata, ini adalah satu strategi umum mengakali kuota pemain asing di klub dan kompetisi antarklub Asia. Di Indonesia, terdapat juga beberapa pemain asing yang jadi WNI, tapi umumnya karena mereka sudah lama tinggal di indonesia, atau menikah dengan WNI.
Masalahnya, permainan otak-atik kuota pemain asing Tim Harimau Selatan juga merambah juga ke kuota pemain asing Asia Tenggara. Mereka menyebut, empat pemain asing, yakni Antonio Glauder, Enzo lombardo, Teto Martin & Oscar Arribas disebut memiliki keturunan Filipina.
Padahal, empat pemain ini diketahui berasal dari Eropa. Enzo Lombardo diketahui berkewarganegaraan Prancis, sementara tiga nama lainnya berasal dari Spanyol. Status "bukan orang Filipina" juga terlihat dari tidak adanya pengakuan PFF (PSSI-nya Filipina), apalagi panggilan ke tim nasional Filipina.
Dari sini saja, kita bisa melihat, mengapa proyek pemain naturalisasi di Malaysia bisa menciptakan masalah pelik. Ada ambisi yang sebenarnya punya maksud positif, tapi justru jadi alasan untuk membangun dominasi, yang pada akhirnya malah membuat kompetisi menjadi tidak sehat.