Tapi, di balik langkah drastis pemain kelahiran tahun 2000 ini pindah ke Bandung, dengan ikatan kontrak selama dua tahun, kita juga diajak melihat, seberapa kompleks dimensi proyek pemain diaspora ala PSSI.
Disadari atau tidak, selain untuk memperkuat tim nasional, para pemain diaspora Indonesia ini juga akan dipakai PSSI, untuk membantu peningkatan kualitas liga secara cepat. Berhubung membangun sistem pembinaan pemain butuh waktu lama untuk menghasilkan, pemain diaspora bisa menjadi solusi instan.
Faktor ini jugalah, yang membuat regulasi kuota 9 pemain asing (dengan 7 pemain bisa dimainkan sebagai starter) di Liga Indonesia, ditambah "rebranding" kompetisi, upaya PSSI melibatkan pemain diaspora jadi masuk akal.
Di sini, kedatangan Thom Haye dan Eliano Reijnders ke Persib adalah "wajah" dan gambaran arah proyek pemain diaspora ala PSSI. Dengan proyek yang masih berlanjut, rasanya tidak mengejutkan kalau masih ada pemain diaspora lain yang datang ke Indonesia.
Karena itu juga, tidak mengejutkan kalau regulasi jumlah kuota pemain asing Liga Indonesia masih relatif tinggi dalam beberapa tahun kedepan.
Para pemain asing masih dibutuhkan untuk mengangkat kualitas permainan, dan ini membantu pemain diaspora tidak "kaget" dengan gap kualitas di Indonesia.
Untuk jangka pendek sampai menengah, pendekatan instan semacam ini bisa membantu, tapi jika tidak diikuti dengan membenahi sistem pembinaan pemain muda untuk jangka panjang, sepertinya PSSI sedang menyalakan bom waktu yang suatu saat akan meledak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI