Diantara liga-liga Eropa, Ligue 1 Prancis bisa dibilang punya profil cukup unik. Di satu sisi, ini adalah salah satu liga yang rajin mencetak pemain berkualitas.
Dari era Zinedine Zidane, Karim Benzema, sampai Kylian Mbappe, selalu ada lulusan Ligue 1 yang "naik kelas" ke tim-tim liga top Eropa. Kualitas istimewa ini hadir, antara lain berkat sistem pembinaan pemain muda, yang mampu menemukan dan mengasah talenta-talenta potensial, khususnya di Prancis.
Karena itulah, Ligue 1 kerap jadi ladang pencarian bakat tim-tim top Eropa. Arsenal di era Arsene Wenger (1996-2018) menjadi contoh paling mencolok. Selama waktunya di klub London, Si Profesor rutin mencari dan merekrut pemain dari klub-klub Prancis, khususnya kontestan Ligue 1.
Di era modern, daya tarik itu semakin lengkap, karena pemain-pemain top sekelas Zlatan Ibrahimovic, Neymar, Sergio Ramos, dan Lionel Messi juga pernah meramaikan Ligue 1. Mereka bahkan membawa atribut lain berupa familiaritas global di mata pecinta sepak bola.
Alhasil, Ligue 1 Prancis bukan hanya dikenali sebagai "liga pencetak bintang", tapi juga karena pernah diisi pemain-pemain top. Atribut Ligue 1 juga semakin unik, karena pelatih sekaliber Carlo Ancelotti juga pernah mampir, bahkan mencetak prestasi.
Kombinasi ini menciptakan karakter unik pada kompetisi secara umum, tapi, di balik keunikannya, terselip bayangan titik jenuh, yang muncul sejak dua dekade terakhir.
Bayangan titik jenuh ini datang, dari adanya dua siklus dominasi, dari Olympique Lyon dan PSG. Siklus ini menjadi gambaran era keemasan masing-masing kedua klub.
Lyon pernah meraih 7 gelar Ligue 1 secara beruntun, antara tahun 2001-2008. Prestasi ini datang, dari kombinasi pemain lulusan akademi klub seperti Karim Benzema, dan transfer efektif seperti Juninho Pernambucano.
PSG, yang kaya mendadak sejak dibeli taipan Qatar, mampu meraih 11 gelar Ligue 1 dalam 13 edisi terakhir. Meski sebenarnya punya akademi cukup oke, klub milik Nasser Al Khelaifi sempat terlalu fokus belanja pemain bintang.
Praktis, Les Parisiens hanya punya Presnel Kimpembe yang menjadi "wajah" pemain akademi di tim utama. Para pemain lulusan akademi baru belakangan bertambah lagi, ketika Warren Zare-Emery dan Ibrahim Mbaye promosi ke tim utama, bertepatan dengan pergeseran orientasi proyek olahraga klub, yang melirik lulusan akademi.