Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Pilihan

Perlunya Mengubah "Belas Kasihan" Menjadi "Belas Kasih"

15 Juli 2022   15:11 Diperbarui: 15 Juli 2022   15:13 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber gambar: Freepik.com)

Sebagai negara pemegang Presidensi G20 tahun 2022, Indonesia mengusung tema global "Recover Together, Recover Stronger". Dalam skala nasional, tema ini juga dipakai dalam program pemulihan ekonomi nasional, dengan Bank Indonesia sebagai salah satu lembaga pelaksananya.

Salah satu sasaran utama dari program ini adalah kelompok masyarakat yang tergolong rentan, yakni wanita, kaum muda, dan penyandang disabilitas.

Dari ketiganya, penyandang disabilitas punya posisi paling rumit, karena ada masalah "mindset" yang membudaya. Ini lebih pelik dari kaum wanita atau kaum muda, yang sudah mulai banyak mendapat kesempatan, bahkan kesetaraan.

Salah satu masalah umum paling mencolok adalah masih adanya pandangan soal "belas kasihan" untuk penyandang disabilitas.

Sebenarnya, maksud pandangan ini baik, karena bisa memberi ruang kepada penyandang disabilitas untuk mendapat perlakuan layak. Makanya, ada banyak kegiatan amal, magang atau pelatihan jangka pendek bermunculan.

Ini memang bagus untuk jangka pendek, tapi kurang bagus untuk jangka panjang. Penyebabnya, ini rentan membuat penyandang disabilitas jadi pasif, karena hanya dibiasakan "menunggu untuk menerima".

Padahal, mereka bisa lebih proaktif, jika ada ruang untuk itu. Hanya saja, ruang yang ada masih sangat terbatas, karena mindset yang ada masih cenderung mengarah ke "belas kasihan".

Seharusnya, pendekatan proaktif bisa mulai dibiasakan. Dengan catatan, dasar cara pandang yang digunakan adalah "belas kasih", bukan "belas kasihan" semata

Sebagai seorang penyandang disabilitas, saya berterima kasih pada mereka yang menaruh belas kasihan. Itu cukup membantu untuk jangka pendek, tapi kalau berlebihan, rasanya kurang mengenakkan untuk jangka panjang.

Pada titik tertentu, belas kasihan berlebih justru akan mengikis rasa aman. Suka atau tidak, harus disadari juga kalau kecemburuan terhadap penerima "perlakuan khusus" ini tetap ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun