Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kembali ke Dunia Freelance

2 April 2021   21:15 Diperbarui: 2 April 2021   21:23 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Kompas.com)

Judul di atas adalah satu keputusan saya sejak awal Maret silam. Tepatnya, saat saya memutuskan untuk tidak lanjut setelah selesai magang di sebuah unit usaha lokal.

Sebenarnya, saya ditawari lanjut, tapi dengan besaran gaji yang kembali harus disesuaikan, dengan pertimbangan "imbas pandemi". Berhubung tekanan dan beban kerjanya justru lebih tinggi, saya memutuskan mundur, karena menyadari ini tidak sehat.

Kebetulan, besaran gaji yang ditawarkan kurang lebih sama dengan cicilan tunggakan gaji dari kantor lama saya di Jakarta. Jadi, saya memutuskan untuk kembali ke dunia kerja freelance, yang cukup nyaman dijalankan di Yogyakarta.

Meski terlihat sembrono, keputusan ini saya ambil, dengan mempertimbangkan fakta bahwa cicilan tunggakan gaji ini saya terima hingga awal tahun depan. Selain itu, ada beberapa hal lain, yang secara kebetulan juga mengiringi.

Pertama, dunia usaha masih cukup lesu. Masih ada banyak lowongan kerja disebar, sebelum akhirnya ditangguhkan karena ada penyesuaian anggaran di perusahaan tersebut.

Kedua, peluang magang ada, tapi agak sulit diharapkan. Selain dari segi pemasukan, keberlanjutannya juga jadi tanda tanya besar. Seperti diketahui, akibat imbas pandemi, banyak perusahaan yang memakai sistem magang atau kontrak jangka pendek, dengan gaji sedikit di bawah standar.

Akan sedikit tak adil, jika tekanan kerja yang luar biasa justru dibarengi dengan kegemaran bos bepergian. Belum lagi, ada program vaksinasi virus Corona dari pemerintah, yang masih belum ketahuan tanggal mainnya.

Merepotkan saja.

Inilah yang lalu membuat saya memilih untuk kembali bekerja freelance: menulis sambil sesekali membantu usaha keluarga di rumah, yakni memproduksi dodol buatan sendiri.

Selain karena waktunya bisa "semau gue", kembali bekerja freelance membuat saya bisa sedikit bergerak lebih leluasa. Secara mental, ini menjadi satu kesempatan baik untuk memulihkan diri.

Jujur, sejak awal pandemi Corona di Indonesia setahun silam, masalah dan gonjang-ganjing datang silih berganti. Bukan hanya dalam hal pekerjaan, tapi keuangan, dan berbagai hal lainnya.

Ini cukup melelahkan secara mental, karena banyak yang harus dihadapi sendirian. Jadi, daripada terus mencari lowongan kerja tapi ujungnya kena ghosting perusahaan, lebih baik lakukan yang bisa dilakukan.

Setidaknya, ada waktu untuk memulihkan diri, sambil terus bergerak. Pada saatnya nanti, kesempatan akan datang saat kita benar-benar sudah pulih dan siap.

Bekerja freelance memang bukan pilihan populer bagi kebanyakan orang, tapi ia jadi opsi menarik di tengah berbagai ketidakpastian seperti sekarang. Ada kesempatan untuk belajar hal baru sambil menambah relasi.

Jika bisa dimanfaatkan dengan baik, menjadi pekerja freelance bisa jadi kesempatan untuk mengembangkan diri, sekaligus persiapan menuju level selanjutnya. Kebetulan, sebelum merantau ke Jakarta, saya memilih bekerja freelance, karena berkali-kali terganjal keterbatasan fisik.

Bekerja freelance kadang memang sulit diprediksi, kadang seperti jet coaster, kadang seperti banjir. Tapi, semua ketidakpastian ini akan mendorong kita untuk lebih berani, sehingga tidak gagap saat situasi serupa datang.

Baik-buruknya sebuah pilihan, kadang tak berbanding lurus dengan gengsi. Tapi, situasi serba tak pasti selalu menuntut nyali ketimbang gengsi.

Nyali akan membuat kita lebih siap, sementara gengsi hanya akan membunuh perlahan, karena ia tak bisa membuat perut kenyang, apalagi membuat pikiran tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun