Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sebuah Penjara Bernama Medsos

16 Januari 2021   07:26 Diperbarui: 16 Januari 2021   07:42 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (gatra.com)

Judul di atas mungkin terdengar agak ekstrem. Tapi, inilah fenomena yang belakangan terjadi, bahkan makin menjadi di era pandemi seperti sekarang.

Disebut demikian, karena media sosial (medsos) belakangan terlihat menyimpang dari peran aslinya, yakni sebagai ruang bebas untuk berekspresi. Dalam artian menjadi diri sendiri.

Disadari atau tidak, medsos kerap "mendikte" orang, untuk mengikuti apa yang sedang tren. Tujuannya sederhana, demi mendapat atensi seluas mungkin, syukur-syukur mendapat cuan.

Masalahnya, ini membuat seseorang jadi terpenjara oleh tren, dan membuat mereka terobsesi mengikutinya. Meskipun, tren itu sebenarnya kurang baik.

Misalnya, jika orang-orang posting foto sedang berlibur, mereka ingin berlibur juga. Padahal, kondisi belum kondusif.

Andai mereka benar-benar kreatif, mereka tak akan gampang mengikuti tren. Malah, merekalah yang jadi trend setter.

Contoh lainnya, jika seseorang posting foto pernikahan dan punya anak, orang-orang akan mendikte untuk segera menyusul. Padahal, urusannya tidak sesimpel itu, dan jelas bukan urusan mereka. Lagipula, dua fase itu bukan prestasi, tapi tanggung jawab.

Di sini, medsos sudah menjadi toxic, dan semakin toxic, karena ia jadi jendela banyak orang, yang mobilitasnya masih terbatas karena imbas pandemi.

Ada perdebatan di sana-sini, plus drama-drama receh, yang sebenarnya tak penting diikuti. Tapi, disinilah medsos leluasa mendikte banyak orang, dan memenjarakan kebebasan diri mereka.

Ada juga yang rutin menjadi "stalker" alias penguntit, hanya karena ingin bisa rutin mengawasi dari kejauhan. Seharusnya, mereka belajar jadi intel saja, bukan malah bermain medsos.

Ini jelas bukan pertanda baik, karena seharusnya manusia-lah yang mendikte medsos, bukan sebaliknya. Situasi makin terlihat konyol, karena medsos sejatinya adalah produk ciptaan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun