Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama FEATURED

Sisi Muram Bisnis "Startup" di Masa Pandemi

30 Agustus 2020   23:34 Diperbarui: 30 Mei 2022   06:45 2422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis rintisan yang makin berkembang tak hanya memunculkan sisi terang tapi juga sisi gelap yang makin nampak di masa pandemi ini.| Sumber: Shutterstock

Hal lain yang ikut menjadi indikator adalah, jika intensitas "gathering" atau sejenisnya terlalu sering. Kegiatan semacam ini jadi tak berguna, karena yang harus diperhatikan adalah kualitas, bukan kuantitas.

Semakin sering dilakukan, semakin tak berkualitas kegiatan tersebut. Malah, kita patut curiga, jangan-jangan ini adalah satu cara "mengontrol dan mengawasi" kehidupan pribadi setiap personel.

Jelas, banyaknya kesalahan yang terjadi adalah hasil dari tujuan menyimpang. Jika di awalnya saja sudah menyimpang, maka lanjutannya akan terus ada sampai berjilid-jilid.

Ilustrasi (Fortune.com)
Ilustrasi (Fortune.com)
Kalau sudah begini, jangan harap bisnis bisa tumbuh dan produk bisa bersaing dengan para pemain besar. Bagaimana mungkin konsumen mau membeli, jika produknya tak punya identitas kuat?

Bagaimana jika situasi memburuk?

Para pelaku usaha rintisan ini biasanya akan tetap memastikan semua terlihat baik-baik saja di luar, tapi, ketika di dalam, mereka akan menjadi orang paling cerdas, yang siap menyalahkan siapapun selain dirinya sendiri.

Jika krisis ternyata berlanjut, seperti saat pandemi Covid-19 seperti sekarang, ini akan jadi "ajang pembantaian", karena semua orang akan ditekan semaksimal mungkin, dengan hak-hak mereka tersunat secara signifikan, tertunggak, bahkan hilang sama sekali.

Bagaimana jika, pencabutan tunjangan kesehatan, pemotongan gaji atau keputusan PHK besar-besaran terpaksa diambil? Biasanya, keputusan semacam ini diambil sangat mendadak dan cenderung sepihak. Pesangon? Entahlah!

Kalaupun bisa dinego, harus ada alasan sangat kuat untuk berargumentasi. Di sini, "siap makan hati" adalah kunci.

Maklum, si pengambil keputusan tidak sepenuhnya objektif di sini. Keputusan yang mereka jadikan solusi justru memperburuk keadaan.

Yang lebih menyakitkan lagi, saat semua orang dipaksa "kerja bakti", para pelaku usaha rintisan berjiwa "menyimpang" ini tetap menjalani gaya hidup "wow" seperti biasa. Penyesuaian? Itu derita bawahan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun