"Romantada" alias "comeback di kota Roma", itulah misi AS Roma, saat menjamu Liverpool, di leg kedua semifinal Liga Champions, Kamis, (3/5, dinihari WIB). Maklum, di leg pertama, Roma kalah 2-5 Mau tak mau, mereka harus tampil habis-habisan, demi menjaga asa lolos ke final.
Misi "Romantada" ini, benar-benar disikapi sangat serius oleh seluruh tim Roma. Saking seriusnya, mereka melakukan 'simulasi' skenario Romantada, saat menang 4-1 dari Chievo Verona di Serie A akhir pekan lalu. Bak gayung bersambut, misi "Romantada" ini, juga di "blow up" habis-habisan oleh media, seolah keunggulan Liverpool di leg pertama tak ada artinya. Banyak juga yang menjagokan Roma lolos, karena mereka pernah menciptakan Romantada, saat menghajar Barcelona 3-0 di Stadio Olimpico, di perempatfinal Liga Champions, April silam. Kebetulan, situasinya mirip; Roma memulai laga dengan defisit tiga gol (kalah 4-1 di leg pertama).
Di hari H pertandingan, misi "Romantada" ini terlihat jelas. Sejak sebelum sepak mula, Romanisti yang memadati Stadio Olimpico memberikan dukungan luar biasa untuk Roma. Awalnya, semua tampak akan sesuai harapan, dengan Roma mampu mengurung pertahanan Liverpool, demi mencetak gol cepat. Tak hanya itu, Mohamed Salah pun dijaga ketat bek-bek Roma. Tapi, alih-alih mencetak gol, Roma justru kebobolan lewat gol Mane, hasil skema serangan balik cepat di menit ke 9.
Ternyata, gol ini memantik semangat Roma. Mereka lalu kembali menyerang pertahanan Liverpool. Alhasil, gol penyama skor pun tercipta lewat gol bunuh diri James Milner di menit ke 15. Gol ini membuat mereka makin intens menyerang. Tapi, saat Roma asyik menyerang, Liverpool kembali mencetak gol lewat sundulan Giorginio Wijnaldum di menit ke 26. Gol ini membuat Roma, yang awalnya bersemangat, menjadi mulai panik. Serangan mereka tampak tak terarah, sementara lini belakang mereka cenderung longgar. Liverpool pun leluasa mengancam lewat serangan balik cepat andalan mereka.
Di babak kedua, situasi ini coba diperbaiki Roma. Hasilnya, tendangan Edin Dzeko di menit ke 52 mampu mengubah skor jadi 2-2. Setelah gol itu, Roma terus menyerang, dan berbalik unggul 4-2 lewat tendangan geledek Radja Nainggolan di menit 85 dan penalti Radja Nainggolan di menit 93. Sayang, segera setelah gol kedua Nainggolan, wasit meniup peluit akhir. Liverpool pun lolos ke final usai menang agregat 7-6, dan menghadapi juara bertahan Real Madrid 26 Mei (waktu Kiev) mendatang.
Meski sempat membuat dag dig dug Kopites sepanjang jalannya laga, kelolosan Liverpool ke final Liga Champions ini layak diapresiasi. Karena, mereka mampu menciptakan kejutan hebat, dalam comeback mereka di Eropa musim ini. Satu hal yang diawal musim ini mungkin hanya mimpi liar belaka. Kini, mereka tinggal selangkah lagi menuju mimpi liar itu.
Selamat datang di final, Reds!
# 2018GantiJuaraUCL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H