Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dua Wajah Liverpool

23 Desember 2017   15:14 Diperbarui: 24 Desember 2017   00:27 1644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertandingan Liga Inggris, antara tuan rumah Arsenal Vs Liverpool, Sabtu (23/12, dinihari WIB), menyajikan drama "thriller" 6 gol, dengan skor akhir 3-3. Liverpool sempat unggul 2 gol lebih dulu, lewat aksi Coutinho (menit 26) dan Mohammed Salah (52). Tapi, Arsenal berbalik unggul, lewat gol-gol Alexis Sanchez (menit 53), Granit Xhaka (56), dan Mesut Ozil (58). Untunglah, gol Roberto Firmino (71), memastikan Liverpool pulang membawa satu poin dari markas Arsenal.

Hasil ini, tak mengubah posisi kedua tim di klasemen sementara. Liverpool (nilai 35) tetap di posisi 4, dan Arsenal (nilai 34) mennguntit di posisi 5. Bagi Liverpool, hasil ini tetaplah sebuah keuntungan. Karena, mereka bisa mencuri poin dari pesaing langsung di posisi 4 besar. Tapi, hasil ini menjadi kerugian bagi Arsenal. Karena, mereka gagal memanfaatkan laga kandang, untuk menyodok ke posisi 4 besar klasemen EPL.

Meski berakhir imbang, laga ini menampilkan dengan gamblang, bagaimana rupa "wajah ganda" Si Merah musim ini, khususnya di kompetisi liga domestik. Ya, Liverpool punya lini serang yang tajam, tapi pertahanan mereka amat rapuh. Masalah ini, membuat mereka kerap kecolongan saat sudah unggul. Memang, sekilas, hasil akhir 3-3 kontra Arsenal ini, adalah sebuah keuntungan. Tapi, jika melihat jalannya laga, ini adalah sebuah kerugian. Karena, mereka membuang keunggulan dua gol begitu saja, dan nyaris kalah, andai Firmino tak mencetak gol penyeimbang.

Dua wajah Liverpool ini, sebetulnya tak terlalu mengejutkan. Karena, sistem permainan "gegenpressing" khas pelatih Juergen Klopp, kerap meninggalkan celah kosong di garis pertahanan, yang sangat rawan diserang balik. Selain itu, pemain Liverpool kerap terlambat mundur, saat lawan menyerang balik, akibat "pressing" agresif yang mereka lakukan. Kelemahan inilah, yang kerap dieksploitasi tim lawan, untuk menjebol gawang Si Merah.

Selain transisi permainan (dari menyerang ke bertahan), masalah akut Si Merah lainnya adalah, mereka (masih) belum punya pemain berkarakter pemimpin, di lini belakang. Parahnya, performa kiper Liverpool, baik Mignolet maupun Karius, sama-sama masih inkonsisten.

Akibatnya, koordinasi pertahanan Si Merah masih bermasalah, dan sering kebobolan.. Padahal, untuk dapat meraih sukses, sebuah tim harus mempunyai lini serang tajam, yang berpadu padan, dengan lini pertahanan yang solid. Situasi ini jelas berbeda dengan Borussia Dortmund era Klopp, yang dulu punya komandan lini belakang sekaliber Mats Hunmels. Figur bek berkarakter macam inilah, yang harus segera dicari Klopp, jika ingin segera meraih sukses bersama Si Merah.

Melihat masih parahnya masalah, di lini pertahanan Liverpool, agaknya menjuarai Liga Inggris masih jauh dari jangkauan. Praktis, untuk saat ini, Liverpool hanya perlu membiasakan diri, untuk konsisten finis di posisi 4 besar tiap musimnya, sambil membangun tim yang solid. Jika mereka sudah bisa konsisten, dan punya tim yang solid, barulah mereka layak, untuk bicara gelar juara liga.

It's okay Reds, maybe this year is (still not) our year.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun