Selalu saja kuanggap ah...itu hanya karena dirimu ga mau ini..ga mau itu.
Betapa aku menyesal sekarang.
Kisah yang kuibaratkan sinetron itu, sangat nyata sekarang.
Disaat masih kucoba menolak percaya, namun sakitnya pun tak bisa kuhindarkan, yah...ini sangat nyata.
Bahwa yang tak biasa itu memang ada dan jelas nyata.
Terimakasih pada diriku, karena saat itu sempat kupeluk erat dan kubisikan kata semangat untukmu.
Sedikit ucapmu terngiang selalu, dalam setiap sepi yang kulalui.
Tapi gelapnya pengertian itu tak pernah pergi. Seperti mengharap daun talas basah oleh tetesan air.
Ah andai bisa kutanyakan padamu, bagaimana seharusnya kujaga benang itu.
Kulepas....atau kukekang dengan tanganku?
Karena jarak ini tak mungkin, dan sekeliling benang itu tak kujumpai juntai salah satu ujungnya pun.