Mohon tunggu...
YOSEF PASKAH
YOSEF PASKAH Mohon Tunggu... Freelancer - Pustakawan

saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bonek Melawan Corona

25 Mei 2020   19:50 Diperbarui: 25 Mei 2020   19:45 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tepat pada tanggal 26 Mei 2020 hingga 8 Juni 2020 Pembatasan Sosial Berskala Besar kembali di berikan kepada Kota Surabaya. Namun, dari beberapa berita yang muncul pada saat PSBB jilid I dan II dinilai tidak efektif. Permasalahan yang paling populer yakni jumlah kasus positif Covid-19 masih terbilang cukup tinggi. Hal ini berarti, pemberlakuan PSBB menurut sebagian kalangan tidak efektif dan cenderung tidak berguna.

sebenarnya, masyarakat Surabaya  masih melanggar aturan PSBB. Beberapa masyarakat  masih ada yang berkumpul, pergi ke mall dengan tujuan membeli baju lebaran, dan pedagang kaki lima mempersilahkan pembeli untuk makan dan minum di tempat. Oleh sebab itulah, Pembatasan Sosial Berskala Besar di Surabaya di nilai tidak efektif. Selain itu, petugas keamanan tidak menegur mereka yang melanggar justru membiarkan begitu saja.

Selain itu, beberapa petugas jaga di seluruh perbatasan kota Surabaya dilakukan pengecekan. Jika tidak memiliki kepentingan yang mendesak di Surabaya tidak di perkenankan untuk masuk kota Surabaya. Namun pada kenyataannya aturan itu tidak di lakukan dengan baik. beberapa gate masuk kota Surabaya tidak lagi di periksa setiap kendaraan yang bukan berplat L, selain itu, beberapa gate tidak di jaga oleh petugas. Hal ini membuat PSBB menjadi tidak efektif dijalankan.

PSBB memang tidak efektif di berlakukan di Surabaya. Masyarakat Surabaya yang lebih dikenal sebagai warga yang "Bondo Nekat" (BONEK) menjadi sebuah alasan mengapa Warga Surabaya tidak takut terpapar virus covid-19. Bondo nekat bila di bahasa Indonesiakan merupakan  "hanya memiliki tekat yang teguh". Bonek sering di nilai negatif oleh orang diluar Surabaya. Namun, sebenarnya Bonek merupakan julukan yang terdapat dalam masyarakat Surabaya.

Nilai Bonek sudah tertanam di benak masyarakat Kota Surabaya. Sejak perang melawan belanda di Hotel Yamato pada tanggal 10 November 1945 sudah kelihatan nilai-nilai keberanian. Nilai bonek dalam masyarakat Surabaya itu hanya mementingkan sebuah tekat tidak mementingkan harta kekayaan. Singkatnya, hanya hanya berani saja cukup.

Nilai Bonek sudah tertanam di benak warga Surabaya. Oleh karena itulah, masyarakat Surabaya tidak takut apapun meskipun nyawa taruhannya. Lihat beberapa aksi yang dilakukan oleh masyarakat Surabaya membuat warganet menjadi ngeri salah satunya aksi Bom Surabaya yang terjadi di beberapa gereja pada tahun 2018. Banyak poster, kata-kata yang mengatakan "Warga Surabaya tidak takut Teror Surabaya".

Selain nilai bondo nekatnya, ada pula kata-kata Jancok. Seringkali, Jancok diartikan sebagai kata kotor, menghina, bahkan tidak boleh di tanamkan oleh orang tua. Kata Jancok ini juga mengartikan bahwa sebenarnya nilai Jancok merupakan nilai persaudaraan. Di kota Surabaya tidak enak apabila tidak menggunakan kata ini. Tentu, di kalangan anak muda Kata ini sangat lumrah dipakai dalam berdialog dengan sesamanya.

Saya menemukan bahwa kata ini membuat warga Surabaya semakin akrab dan semakin tidak takut menghadapi segala kenyataan yang terjadi. Oleh karena itulah, Jancok merupakan nilai persaudaraan dan menganggap persaudaraan  dan kebersamaan ini tidak dapat lepas dari warga surabaya. Akhirnya, Warga surabaya tidak peduli dengan adanya PSBB  karena nilai Jancok yang sudah tertanam dalam masyarakat Surabaya.

Bonek melawan corona memang harus digalakkan. Namun, sebaiknya bonek melawan corona memiliki aturan yang sesuai dengan anjuran pemerintah. Pemerintah hingga saat ini tentu menjadi garda terdepan untuk melawan pandemik virus corona. Melalui virus ini ternyata membuat warga surabaya semakin berani melawa corona dengan melanggar aturan PSBB. Tentu, hal ini membuat masyarakat Indonesia menjadi prihatin sampai-sampai memunculkan #indonesiaterserah.

Kata Indonesia terserah ini menjadi alasan tenaga medis yang kecewa melihat keadaan. Dengan adanya PSBB warga bukan mematuhi aturan yang ada namun membiarkan penyebaran virus terjadi. Kekecewaan ini tentu menuai respon dari sejumlah kalangan. Beberapa warga simpatik atas keluhan tenaga medis. Jika hal ini terus dilakukan maka tidak ada baiknya dilakukan PSBB di Surabaya.

Dengan demikian, Bonek melawan corona itu perlu. Tetapi, ada kalanya bonek dilakukan sesuai dengan anjuran pemerintah. Ikuti semua aturan yang ada sehingga Indonesia dapat hidup normal seperti sedia kala. Dapat dikatakan sengan adanya virus Corona ini semua akan menjadi dampak tidak hanya dampak secara medis tetapi menyangkut perkembangan ekonomi dan sosial masyarakat. Tentu dengan adanya PSBB ini di harapkan berani melawan dengan mematuhi aturan PSBB sehingga, PSBB bukanlah pajangan namun ada hasil yang di dapat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun