Mohon tunggu...
Yosafati Gulo
Yosafati Gulo Mohon Tunggu... profesional -

Terobsesi untuk terus memaknai hidup dengan belajar dan berbagi kepada sesama melalui tulisan. Arsip tulisan lain dapat dibaca di http://www.yosafatigulo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aksi Super Damai 212, Tertangkapnya Para Perencana Makar, dan Pesan Moralnya

3 Desember 2016   17:30 Diperbarui: 3 Desember 2016   22:05 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: http://www.jpnn.com/read/2016/12/02/484648/

Semula, saya sangat ragu bahwa Aksi bela Islam III super damai 212 akan berakhir aman dan tertib. Kendati Ketua GNPF MUI,  Habib Rizieq, sudah menjanjikan hal itu kepada Kapolri, saya tetap ragu, bahkan kuatir bila ada yang memanfaatkan situasi untuk membuat kegaduhan. Ternyata, kuatirkan saya tidak terjadi. Saya benar-benar salah 100%, bukan 300% seperti biasa dikemukakan pak SBY.

Aksi bela Islam III yang diisi doa dapat dikatakan berhasil 100%. Sekali lagi bukan 300%. Dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama, aspirasi GNPF MUI disampaikan tanpa orasi berbau “kompor-kompor”, hasut-hasut, atau hina-hina orang seperti “nyanyian merdu Ahmad Dhani pada demo 411”. Kedua, penyelesaian kasus Ahok benar-benar dipercayakan kepada lembaga penegak hukum tanpa intervensi siapa pun, termasuk GNPF MUI. Ketiga, doa untuk negeri terlaksana lancar, khusyuk, dari awal sampai akhir.

Peran semua pihak dalam keberhasilan tersebut perlu diapresiasi. Secara khusus perlu diapresiasi peran Habib Rizieq sebagai ketua GNPF MUI  yang berhasil membuktikan dirinya konsisten. Ia tidak ingkar pada apa yang dikemukakannya di depan Kapolri. Ia menjaga benar kesucian doa ummat untuk negara dan dengan kepiawaiannya  mengolah kata ia barhasil menyosialisasikan komitmen tersebut kepada massa.

Kalau saja Rizieq ingkar, bukan hal sulit baginya untuk menyuruh satu dua anak buah setianya untuk menjadi martir seperti dikemukakan SBY pada artikelnya tanggal 28/11 atau membuat keonaran pada saat maupun usai sholat. Tapi itu tidak ia dilakukan. Habib tampaknya sadar bahwa resikonya bagi siapa pun, termasuk dirinya sendiri, sangat besar. Untuk yang satu ini, saya harus akui Habib Rizieq layak diperhitungkan sebagai pemimpin yang taat janji.

Konsistensi Habib Rizieq makin kuat dengan keberhasilan para Ulama, Kyai, Ustadz, dan semua pemimpin di kalangan umat Islam menularkan energi positip untuk menjaga kekusyukan doa di ruangan terbuka, di Monas dan sekitarnya. Energi itu menggetarkan hati massa untuk tetap berada dalam wilayah kesucian ibadah sampai selesai.

Di kalangan jamaah juga begitu. Tak seorang pun yang tergiur pada celetukan-celetukan provokatif dan tetap membulatkan tekad berdoa untu negeri. Keadaan ini menunjukkan bahwa Islam yang kerap diidentikkan dengan kekerasan karena ulah orang-orang tertentu tidak selalu benar. Masih jauh lebih banyak umat Islam yang mencintai rasa aman, kedamaian bagi diri dan sesama. Sudah tentu peristiwa ini dapat memberi persepsi baru bagi dunia internasional bahwa penganut Islam di Indonesia jauh lebih baik dari yang mereka kira.

Latihan Nyata Pihak Keamanan

Berakhirnya aksi dengan damai jelas melegakan hati. Yang utama adalah semua para pimpinan dan jajaran penanggungjawab langsung keamanan masyarakat dan negara: Polri dibantu Satpol PP, TNI, BIN. Tenaga, pikiran, biaya, dan waktu yang terkuras menyusun strategi untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan tidak sia-sia. Mereka berhasil menjalankan tugas dengan simpatik, ramah, tegas, tapi tepat dengan presisi tinggi.

Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa persitiwa ini merupakan latihan nyata sekaligus test case bagi mereka untuk memertahankan eksistensi NKRI. Selain kemampuan teknis, naluri membentengi masyarakat dan negara makin terasah. Sekecil apa pun isu, gerakan, atau kemungkinan ancaman yang datang dari dalam maupun penyusup dapat dideteksi secara dini dan ditangani tepat waktu. Penangkapan delapan orang yang anti UUD 1945 hasil amandemen sebelum acara dimulai merupakan bukti ketepatan tindakan pihak keamanan.

Bisa dibayangkan apa yang mungkin timbul bila orang semacam Ratna Sarupaet, Ahmad Dhani, Rachmawati Sukarno Putri, Sri Bintang Pamungkas ada di tengah-tengah massa. Dengan gampang mereka memprovokasi massa untuk berbuat yang aneh-aneh, menodai doa. Atau malahan mengajak massa menduduki gedung DPR/MPR, lantas memaksa MPR mengadakan Sidang Istimewa untuk melengserkan Jokowi.

Kemungkinan tersebut bukan mengada-ada. Secara terbuka, rencana tersebut sudah dikemukakan oleh Rachmawati beberapa hari sebelumnya. Juga dikemukakan tertulis oleh Sri Bintang Pamungkas dalam suratnya ke MPR. Lebih-lebih karena rencana tersebut bukan hasil pikiran mereka berdua dan sesaat atau spontan. Sudah merupakan digodok matang sejak lama. Sudah didiskusikan berkali-kali di banyak kesempatan. Itulah yang dikatakan Adityawarman Thaha pada Agustus 2016 agar jangan hanya ramai dibahas di WA, tapi direalisasikan. Itu sudah disetujui oleh Sekjend MPR, kata Adit, sebagaimana diinformasikan oleh Kivlan Zen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun