Mohon tunggu...
Yosafati Gulö
Yosafati Gulö Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Warga negara Indonesia yang cinta kedamaian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Setelah Bermaaf-maafan, Mau Apa?

6 Juni 2019   19:49 Diperbarui: 6 Juni 2019   22:32 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, Sumbr gambar: zenbufiles.xyz

Sedangkan fanatisme adalah paham atau perilaku yang menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan. Sikap berlebihan itulah yang suka bikin gara-gara. Apa pun yang berlebihan selalu tidak baik. Makan berlebihan bisa bikin sakit perut. Tidur berlebihan bisa membuat badan lemas, tak bertenaga. Dan seterusnya.

Menurut Winston Churchill, "Seseorang fanatisme tidak akan bisa mengubah pola pikir dan tidak akan mengubah haluannya". Bisa dikatakan orang seperti ini memiliki standar yang ketat dalam pola pikirnya dan cenderung tidak mau mendengarkan opini maupun ide yang dianggapnya bertentangan dengannya.

Gaya hidup

Hal-hal itulah yang hendak diingatkan dalam Perayaan Hari Raya Idul Fitri. Ia mengingatkan semua orang agar tidak menyimpan masalah apa pun dengan sesama. Segala kesalahan dan kekhilafan yang pernah terjadi perlu dimaafkan antara satu dengan yang lain.

Prof HM Baharun bilang, hakikat hari raya Idul Fitri adalah perayaan kemenangan iman dan ilmu atas nafsu di medan jihad Ramadhan. Setelah berhasill menundukkan nafsu, kita dapat kembali ke fitrah. Kembali ke fitrah (Idul Fitri) berarti kembali ke asal kejadian. Hal ini menunjuk pada keadaan manusia ketika lahir tanpa beban kesalahan apa pun, suci dan tanpa noda dan dosa.

Sebagai manusia, tulisnya, yang memiliki potensi untuk berbuat salah dan khilaf, maka saatnya kita menyadari kesalahan dan berusaha kembali ke fitrah dengan cara memperbaiki hubungan sesama (human relations) secara baik.

Namun, setelah baik, apakah hubungan itu harus dirusak lagi supaya bisa bermaaf-maafan tahun depan? Tentu tidak begitu.

Yang sudah baik jangan dirusak lagi. Jangan kembali ke kebiasaan lama. Keberhasilan perjuangan selama sebulan jangan disia-siakan. Keberhasilan melawan segala rupa-rupa nafsu yang melelahkan itu kemungkinan besar lebih mudah diterukan menjadi gaya hidup. Latihan selama sebulan penuh dapat dikatakan sudah cukup bagi yang mau mengubahnya menjadi gaya hidup.

Kalau sebelumnya kerap menyebar hoax untuk memfitnah, menghina, atau mendiskreditkan orang lain jangan diulangi lagi. Itu bertentangan dengan fitrah yang telah diraih setelah berjuang sebulan penuh. Segala rupa egoisme dan fanatisme, termasuk dalam politik dan agama jangan diterus-teruskan, sebab hal bertentangan dengan fitrah manuisa.

Tanpa tekad meneruskan upaya baik yang sudah diraih, maka maaf-maafan pada hari Raya Idul Fitri tidak memberi makna apa-apa.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun