Namun, di sebelah utara banyak pejuang Aceh yang mencoba masuk dengan mendobrak pintu benteng. Komandan memerintahkan untuk mempertahankan dan menghadang mereka di sana, akibatnya banyak jatuh korban di kedua belah pihak. Pejuang Aceh terus merangsek masuk, mencoba mengambil brajak (saya belum mengetahui arti brajak) di depan pintu benteng namun masih gagal.
Tidak lama kemudian, pejuang Aceh mundur. Kira-kira jam 05 pagi, terdengar bunyi terompet kompeni, pertanda datang pertolongan. Kedatangan mereka disambut sorak sorai dari para tentara di dalam benteng.Â
Ketika pintu benteng dibuka guna menyambut kedatangan bala bantuan, para tentara mendapati jasad pria berpakaian putih. Tangannya masih menggenggam klewang sementara tangan satunya lagi memegang brajak, kepalanya disender di pinggir brajak, matanya melihat ke pintu sementara dadanya berlumuran darah terkena tembak.
Sersan pemberani yang mendatangi rumah orang Aceh memperoleh bintang Tanjung. Sebelumnya ia telah beberapa kali mendapat tanda jasa. Dalam pertempuran memperebutkan sebuah benteng di Aceh, sersan ini tewas. Di kalangan militer Belanda, nama dan keberanian sersan ini tidak dilupakan. Â