Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ganjar Gagal Napaktilasi Jalan Jokowi

24 Mei 2021   09:44 Diperbarui: 24 Mei 2021   14:11 1832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi dan Ganjar Pranowo dalam acara Rakernas PDIP. Foto: Tribunnews.com

Setiap orang punya cara untuk meraih sukses, di bidang apa pun termasuk politik. Tetapi ketika kita meng-copy paste cara orang lain, sangat mungkin akan gagal. Bukan karena tidak bisa, tetapi mungkin karena telah diantisipasi oleh lawan dan juga kawan.

Mari kita lihat sejenak fenomena yang terjadi sebelum tahun 2014, tepatnya menjelang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) yang saat itu menjabat Gubernur DKI Jakarta membumbung tinggi. Hampir semua lembaga survei menempatkan namanya di posisi teratas.

Meski Jokowi mengaku "ngga ngurus copras-capres", namun masyarakat yang memperhatikan dinamika politik sudah dapat membaca, elektabilitasnya akan segera dikonversi menjadi dukungan untuk maju pada Pipres 2014.

Benar saja. Tidak lama setelahnya mulailah muncul kelompok-kelompok yang menyatakan dukungan. Tidak hanya dari luar, dukungan juga muncul di internal PDI Perjuangan. Meski mereka mengetahui keputusan terkait capres yang akan diusung merupakan hak prerogatif Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, namun beberapa pengurus nekad melakukan tekanan.

Salah satunya dilakukan oleh Panda Nababan yang mendesak agar DPP PDIP segera mengumumkan Jokowi karena beredar isu Megawati baru akan mengumumkan kandidat capres usai Pemilu Legislatif 2014. Seperti diketahui Pemilu Legislatif dan Pilpres 2014 tidak digelar serentak.

Mungkin saja Megawati memang ingin mencalonkan Jokowi. Tetapi bahwa Megawati ingin terlebih dulu melihat hasil Pemilu Legislatif sebagai bahan untuk menentukan calon presiden dan calon wakil presiden, sulit dipungkiri dan dapat dibaca dari berbagai pernyataannya saat itu. Jika PDIP menang telak, bisa saja Jokowi diduetkan dengan Puan Maharani - kini ketua DPR.

Sejarah kemudian mencatat, Megawati akhirnya mengumumkan Jokowi sebagai capres yang diusung PDIP pada tanggal 14 Maret 2014 atau sebulan sebelum Pemilu Legislatif. Banyak spekulasi beredar, Megawati "menyerah" oleh elektabilitas Jokowi dan tekanan baik internal maupun eksternal.

Tulisan Terkait: Bukan Gimmick, Ganjar Emang Sudah "Finis"

Kita asumsikan hal itu benar, meski kebeneran sesungguhnya apakah murni hitung-hitungan politik atau akibat tekanan, hanya Tuhan dan Megawati yang tahu.

Sukses Jokowi mendapat rekomendasi PDIP dan kemudian berhasil memenangi pilpres  menginspirasi banyak tokoh politik. Selepas 2014, semua tokoh dan pejabat merasa wajib memiliki akun media sosial, baik yang dikelola sendiri maupun oleh tim. Media sosial dan juga  lembaga survei dijadikan tempat memoles diri dengan beragam cara.

Demikian juga yang dilakukan Ganjar Pranowo pernah memuji manajemen politik Jokowi dan mengatakan dirinya harus belajar. Sukses merengkuh periode kedua setelah memenangi Pilgub Jawa Tengah 2018, sepertinya Ganjar langsung tancap gas meretas jalan menuju Istana Merdeka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun