Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Garbi, Ujian Politik Fahri dan Peluangnya Dukung Jokowi

7 November 2018   06:38 Diperbarui: 7 November 2018   09:08 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fahri Hamzah saat menghadiri acara Garbi Palembang. Foto: KOMPAS.com/Aji YK Putra

Kehadiran Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi) mulai menjadi duri bahkan menggerogoti eksistensi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Aksi pengunduran diri pengurus dan anggota di sejumlah daerah tentu menjadi kabar buruk di tengah rendahnya elektabilitas PKS menjelang Pemilu dan Pilpres 2019. Tetapi jika pun gagal memenuhi ambang batas parlemen (parliamentary threshold) sebesar 4 persen, Garbi tidak akan menjadi partai pengganti PKS.

Ditilik dari pernyataan politisi PKS Mahfuz Siddiq, kelahiran Garbi memang diinisiasi Anis Matta. Garbi, yang sebelumnya hanya gerakan intelektual tokoh-tokoh PKS dengan nama Arah Baru Indonesia (ABI) terbentuk saat Anis Matta menjabat sebagai Presiden PKS. Namun ABI mati suri setelah Sohibul Iman menggantikan posisinya.

Sejak awal terpilihnya Sohibul Iman dalam Musyawarah I Majelis Syuro Masa Khidmah 2015-2020 di Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat, 9-10 Agustus 2015 lalu, memang telah menimbulkan friksi internal. Bahkan Fahri Hamzah yang dikenal sebagai loyalis Anis Matta sekaligus Luthi Hasan Ishaaq, langsung melontarkan kritik tajam terhadap komposisi kepengurusan PKS di bawah kepemimpinan Sohibul dan Salim Segaf Aljufri  yang menjabat Ketua Majelis Syuro. Fahri menuding Sohibul membersihkan loyalias Anis.

Kritik tersebut terus didengungkan Fahri Hamzah hingga hari ini. Politisi asal Nusa Tenggara Barat tersebut juga sering melontarkan pernyataan berbeda dengan kebijakan DPP PKS sehingga akhirnya dipecat dari keanggotaan partai. Namun Fahri melawan. Hasilya, Sohibul bukan hanya gagal menggusur Fahri dari kursi Wakil Ketua DPR yang menjadi hak PKS, pemecatanya pun kandas di peradilan di semua tingkatan, sehingga status keanggotaan Fahri masih sah sekali pun DPP PKS melakukan upaya hukum luar biasa yakni Peninjauan Kembali (PK).

Salah satu penyebab kegagalan Sohibul adalah kepiawaian Fahri menggunakan isu Anis Matta. Akibatnya, PKS tidak solid melawan Fahri karena loyalis Anis masih kuat meski tidak memiliki jabatan di kepengurusan Sohibul Iman -- Salim Segaf.

Para pengurus DPP PKS di era Anis Matta seperti Musyaffa A Rahim (Ketua Bidang Kaderisasi), Ahmad Zainuddin (Ketua Bidang Pembinaan Ummat) Zahfan B Sampurno (Ketua Badan Pemenangan Pemilu), Ahmad Faradis (Ketua Bidang Kepanduan) serta Mahfuz Sidik (Wakil Sekretaris Jenderal) cenderung berpihak pada Fahri. Memang Musyaffa dan Ahmad Zainuddin kembali masuk dalam kepengurus Sohibul, namun posisinya hanya sebagai staf di Dewan Syariah..

Bisa dipahami, mengapa gaung Garbi yang dideklarasikan dan berbadan hukum di Makasar, Sulawesi Selatan, kini identik sebagai kendaraan politik Fahri Hamzah melawan Sohibul Iman. Dalam beberapa bulan terakhir Fahri pun rajin menghadiri peresmian kepengurusan Garbi di berbagai daerah seperti di Palembang dan Aceh Nanggroe Darussalam.

Penguatan posisi Garbi yang ditandai dengan pengunduran diri pengurus PKS di sejumlah daerah seperti Bali dan Banyumas, membuat resah DPP. Bahkan Ketua DPP PKS Tifatul Sembiring, yang notabene juga mantan Presiden PKS, tegas meminta agar kader yang bergabung ke Garbi untuk mundur.

Akankah Garbi menjadi wadah untuk menyuarakan aspirasi politik kader PKS yang kontra dengan Sohibul dan kelak akan menjadi partai baru manakala PKS terjungkal di Pemilu 2019? Benarkah Garbi akan menggembosi suara PKS? Mungkinkah Garbi memberikan suaranya kepada pasangan petahana Joko Widodo -- Ma'ruf Amin?

Di sinilah kepiawaian politik Fahri Hamzah benar-benar diuji. Kita tahu, demi tetap di PKS, Fahri rela membuang peluang untuk kembali menjadi anggota DPR periode 2019-2024. Padahal jika mau lompat pagar, dipastikan banyak partai yang dengan senang hati mencalonkan. Konsistensi dan loyalitasnya patut diapresiasi di tengah fenomena mudahnya para politisi lompat partai.

Berkaca dari hal itu, maka Fahri tidak akan "mengkhianati" PKS. Fahri tidak akan mengalihkan suara Garbi ke partai lain, Bahkan  Fahri tetap berharap PKS dapat memenuhi parliamentary threshold meski dengan prosentase pas-pasan sehingga Fahri, dengan dukungan pentolan Garbi yang masih berada di PKS, bisa mendesak dilakukannya musyawarah luar biasa untuk mengganti Sohibul. Jika pun gagal, Fahri bisa menggunakan kekuatan Garbi pada Musyawarah Majelis Syuro tahun 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun