Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

"Kalau Kau Belum Pernah Ditembaki, Jangan Bilang Nasionalisme"

19 Maret 2018   19:43 Diperbarui: 20 Maret 2018   10:28 3599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Luhut Binsar Pandjaitan. Foto: Tribunnews.com

Judul di atas adalah ekspresi kemarahan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan saat menanggapi kritik pedas Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais terkait isu pembiaran PKI dan pengibulan dalam program bagi-bagi sertifikat tanah yang dilakukan Presiden Joko Widodo.

Bukan hanya itu. Ketika memberi sambutan di Gedung BPK, Senin (19/3/18), Luhut juga "mengancam" dengan mengatakan, "Saya bisa cari dosamu, emang kamu siapa?"

Kalimat "Kalau kau belum pernah ditembaki, jangan bilang nasionalisme" dilanjutkan dengan pernyataan bahwa dirinya masih ingat saat dulu berdinas di militer dan anak buahnya gugur di medan perang. Menurut Luhut, dirinya tidak akan melacurkan profesionalisme dengan menjual aset negara ke swasta, apalagi asing. Terkait pembiaran terhadap kebangkitan PKI, Luhut pun berseru dengan mengatakan dirinya ikut menumpas PKI.

Agar tidak menimbulkan bias silakan Anda baca selengkapnya pernyataan Luhut seperti yang dimuat oleh detik.com

Seperti diketahui, saat menjadi pembicara dalam acara bertajuk "Bandung Informal Meeting" di Bandung, Jawa Barat, Amien Rais menyebut program bagi-bagi sertifikat tanah hanya bentuk pengibulan dan pengalihan isu karena ada 74 persen lahan lainnya yang dikuasai kelompok tertentu, seolah dibiarkan oleh pemerintah.

Betapa miris membaca "kemarahan" Luhut. Setidaknya ada dua hal yang perlu dikritisi dengan catatan jika tidak ada "salah kutip" wartawannya.

Pertama terkait nasionalisme. Ungkapan pensiunan Jenderal TNI ini seolah menafikan keberadaan masyarakat di luar kelompok "ekslusif" yang maju ke medan peperangan dan menjadi nasionalis karena pernah ditembaki. Benarkah hanya mereka yang pernah ditembaki yang memiliki jiwa nasionalisme? Benarkah bu guru yang setiap hari menyusuri pematang sawah, menyibak ilalang berembun yang merintangi jalannya menuju sekolah tempatnya mengabdi, tidak memiliki jiwa nasionalis, karena belum pernah ditembaki?

Tentu masih banyak contoh lain bisa membuktikan bahwa nasionalisme, kecintaan kepada tanah air, bukan hanya ada dalam dada mereka-mereka yang pernah ditembaki. Mereka yang berjuang di bidang lain, mengucurkan keringat di lapangan olahraga, berdebat di forum internasional agar kedaulatan RI diakui dan tidak diganggu, termasuk mereka yang mengkritik kebijakan pemerintah yang tidak amanah, juga memiliki jiwa nasionalisme. Bahwa mengekspresikannya dengan cara berbeda, sesuai bidang masing-masing, tidak lantas menurunkan atau meninggikan derajat nasionalisme. Siapa yang meragukan nasionalisme Presiden Joko Widodo padahal beliau juga belum pernah ditembaki?

Kedua, "ancaman" yang jika dirangkai dari kalimat pertamanya sepertinya ditujukan kepada Amien Rais. Jika benar Amien Rais punya dosa terhadap bangsa ini, entah korupsi atau penyelewengan jabatan selama menjabat sebagai Ketua MPR (1999 -2004), mestinya Luhut tidak perlu menunggu Amien melakukan kritik tajam kepada pemerintah untuk membongkarnya. Lakukan saja sekarang karena hal itu juga sesuai dengan cita-cita reformasi yang dulu digelorakan Amien Rais di mana salah satunya menciptakan pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Kita berharap Luhut tidak baper hanya gegara kritik tajam Amien Rais. Kurang elok jika pejabat tinggi mengumbar amarah dan ancaman di muka umum hanya karena sebuah kritik. Jika memang kritik Amien Rais sudah keterlaluan, sudah di luar rel---katakanlah fitnah, mestinya Luhut bisa memberikan contoh yang lebih elegan dengan membawanya ke ranah hukum.

Salam @yb

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun