Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Pria", Kisah Pergolakan Batin dalam Proses Pencarian Jati Diri

29 November 2018   23:20 Diperbarui: 29 November 2018   23:29 1746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun di film ini, Chicco menunjukkan kelasnya dengan berani mengambil peran yang cukup kontroversial. Peran sebagai gay jelas bukan perkara mudah, mengingat stereotip negatifnya yang tersemat di negeri ini. Namun, Chicco benar-benar tampil meyakinkan dan mendalami peran ini hingga dinominasikan sebagai aktor terbaik dalam 2 ajang festival film Internasional meskipun urung dimenangkannya.

Peran Chicco sebagai pria penyuka sesama jenis ditampilkan dengan cukup natural. Tak perlu menggunakan gambaran umum seperti ultra melambai, laki-laki berotot khas member gym atau berbusana warna-warni layaknya wanita, Chicco menunjukkan tokoh Aris yang memiliki orientasi seksual berbeda dengan cara yang cukup elegan. Hanya dengan memainkan sedikit mimik wajah, gestur tubuh ditambah unsur emosional pada beberapa konflik, karakter Aris pun langsung bisa diketahui memiliki orientasi seksual yang berbeda dari pria pada umumnya meskipun busana serta tingkah lakunya masih khas pria desa.

Lebih dari Sekedar Film tentang LGBT

Pria jelas menyajikan film yang lebih dari sekedar film bertema LGBT. Ada begitu banyak pesan yang terkandung di dalamnya yang bisa diambil nilainya oleh siapapun.

Film ini pun banyak menyindir dengan cerdas beberapa tradisi yang melekat pada masyarakat Indonesia. Seperti perjodohan, pernikahan di usia muda yang kerap dianggap sebagai satu-satunya jalan menuju kebahagiaan serta beratnya tuntutan yang dilimpahkan ke tiap anak laki-laki untuk mendatangkan kebahagiaan bagi keluarganya meskipun belum tentu menghadirkan kebahagiaan bagi dirinya sendiri.

Priashortfilm.com
Priashortfilm.com
Dengan latar desa yang Agamis serta jauh dari hiruk pikuk kota bahkan distorsi kebudayaan barat, film ini juga seakan ingin menjelaskan bahwa orientasi seksual yang berbeda terkadang tidak memandang seseorang dari lingkungan atau latar belakang tertentu. Nyatanya, hal tersebut bisa timbul dengan sendirinya pada siapapun. 

Disinilah seharusnya orangtua berperan lebih banyak dengan cara lebih peka terhadap perbedaan perilaku anak sejak dini. Sehingga nantinya orangtua bisa memilih seperti apa penanganan yang tepat dalam menghadapi anak seperti itu. Dan sikap orangtua terhadap Aris inilah yang coba dijelaskan dengan ringkas pada satu adegan yang singkat.

Pantas Menjadi Film Pendek Terbaik

Priashortfilm.com
Priashortfilm.com
Dengan cerdas Yudho Aditya menceritakan kisah yang cukup mendalam hanya dalam waktu kurang dari 30 menit. Pun film ini tidak menghasilkan konklusi benar atau salah terkait LGBT. Film ini murni mengangkat sisi kemanusiaan dan pertanyaan kita tentang definisi pria sebenarnya serta cukup tidaknya status "pria" pada tiap pria yang di dalam dirinya juga bergejolak sisi feminimnya.

Jujur saja, tak banyak film pendek yang saya saksikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri karena terbatasnya platform penayangan. Namun dengan berbagai poin positif mulai dari kekuatan naskah hingga sajian visual yang memanjakan mata, film ini layak menjadi salah satu film pendek terbaik yang bisa disandingkan dengan film pendek dalam negeri semacam Jalanin Aja, Rotasi, Matchalatte hingga Maryam.

Pun tema film seperti ini sangat cocok diangkat menjadi film penuh suatu saat, menandingi film-film LGBT-nya Hollywood semisal Brokeback Mountain, The Danish Girl bahkan Moonlight yang memenangi Best Picture. Atau menjadi salah satu bagian omnibus film dalam tema toleransi misalnya. Ya, meskipun pastinya menimbulkan kontroversi dan penolakan masif di negara ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun