Â
Menjadi bagian dari pop culture dunia dalam waktu yang cukup lama tentu bukanlah hal yang mudah. Bukan juga hal yang mungkin diperkirakan oleh sang pendiri awal dari segala semesta superhero Marvel, Martin Goodman.
Perusahaan yang didirikannya di tahun 1939 dengan nama awal Timely Publications yang kemudian berkembang menjadi Marvel Comics, jelas tidak akan pernah menyangka bahwa karakter-karakter superhero yang dipublikasikan mereka tumbuh menjadi ikon pop culture dunia selama hampir 80 tahun. Jika ikon pop culture biasanya hanya bertahan selama 1 dekade, maka hal itu nampaknya tidak terjadi dengan Marvel.
Tentang Marvel Comics
Hal ini jelas menjadikan Captain America sebagai ikon pop culture pada saat itu, di mana cerita kepahlawanan dan kebaikannya seakan mewakili impian banyak orang di Amerika pada saat itu yang rindu akan kedamaian dan sosok pelindung yang nyata bagi bangsa dan negaranya.
Meskipun penjualan komik sempat menurun setelah perang dunia kedua, dekade 60-an menjadi titik balik bagi Timely Publications dalam bisnis komiknya. Setelah berganti nama menjadi Marvel Comics, Fantastic Four pun kemudian dibuat sebagai penanda kebangkitan perusahaan ini.
Momentum peluncuran Fantastic Four ini tak lain didasari dari kebangkitan DC Comics dalam mempopulerkan karakter superhero mereka seperti The Flash, Superman bahkan konsep gabungan superhero mereka dalam serial komik Justice League of America.
Kemudian kita tahu, sejak 1961 sampai dengan dekade 90-an, Marvel banyak melahirkan karakter-karakter komik dengan kekuatan dan juga problema masing-masing seperti Spider Man, Wolverine, Iron Man, Hulk, Thor dan masih banyak lagi. Maka jangan heran di dekade 60-90-an, karakter Marvel berkembang dengan sangat pesat dan menjadi bagian dari ikon budaya pop hingga ke seluruh dunia.
Obsesi comic to movie
Hal ini tidak terlepas dari ambisi Marvel untuk mengembangkan sayap bisnisnya yang tidak hanya bergantung dari komik namun juga whole entertainment termasuk film dan mainan. Disamping itu, kesuksesan DC yang telah berhasil membuat film layar lebar untuk karakter komik mereka seperti Batman dan Superman semakin menegaskan keputusan Marvel ini.
Kegagalan film Howard the Duck, dan "pemaksaan" film-film televisi Marvel untuk ditayangkan di layar perak seperti Spider Man, Hulk dan Captain America pada saat itu menjadi indikasi yang sangat jelas bahwa apa yang dilakukan Marvel terlalu terburu-terburu dan tidak memiliki konsep yang pasti. Nama Marvel dan deretan karakter komiknya pun perlahan hilang dan tak diingat lagi di kancah perfilman internasional.
Dilansir dari laman web imdb.com, Blade berhasil mendapatkan pemasukan sebesar 131 juta dolar AS di seluruh dunia di mana ongkos produksinya "hanya" sebesar 45 juta dolar AS pada saat itu.
Dengan ongkos produksi sebesar 75 juta dolar AS, X-Men mendapatkan pemasukan hampir 300 juta dolar AS. Sebuah pendapatan yang cukup menggiurkan bagi Marvel Studio untuk mengembangkan film dari karakter lainnya.
Spiderman garapan sutradara Sam Raimi akhirnya benar-benar menjadi film yang mendulang sukses luar biasa. Dengan budget sebesar 139 juta dolar AS, film ini mampu mengeruk pendapatan sebesar 800 juta-an dolar AS atau hampir 1 milyar dolar AS. Sebuah prestasi yang mengagumkan dan menjadi titik balik bagi film-film superhero Marvel selanjutnya.
Namun, kesuksesan inilah yang kelak juga menyulitkan Marvel untuk memasukkan Spiderman ke dalam tim Avengers. Dengan lisensinya yang sudah menjadi kepemilikan Sony, tentunya Marvel harus memiliki strategi lain untuk memasukkan sang karakter ikonik ini ke dalam tim Avengers, karena Sony pasti tidak akan mau untuk melepas kembali lisensi karakter yang telah dan mungkin akan terus mendatangkan pundi-pundi yang luar biasa bagi mereka.
Hadirnya Kevin Fiege
Dengan karakter komiknya yang telah tersebar ke berbagai studio film, jelas Marvel memiliki masa depan yang bisa dibilang tidak terlalu baik. Pihak studio film bisa saja mengembangkan berbagai karakter komik Marvel sesuka mereka, karena toh lisensinya sudah mereka pegang.
Jelas hal ini akan menjadi sama dengan DC yang kita tahu begitu banyak mengembangkan cerita dari karakter komik yang itu-itu saja. Coba lihat saja berapa banyak versi Batman dan Superman yang telah dibuat, dan ceritanya pun seakan "mentok" di situ-situ saja.
Kevin Feige juga menjadi orang pertama yang menolak ide Marvel dalam menjajakan film-filmnya ke berbagai studio. Keinginannya untuk membentuk studio sendiri bagi Marvel dan tentu saja penciptaan cinematic universe yang masih terdengar absurd dan gila pada saat itu, menyebabkan perselisihan antara Feige dan Avi Arad yang akhirnya ditutup dengan keluarnya Avi Arad dari Marvel Studios di tahun 2007.
Wajar saja, ide membuat cerita yang saling terhubung jelas merupakan ide yang tidak biasa pada saat itu. Jika cross over sudah jamak dilakukan pada serial tv, maka dengan konsep yang sama namun di layar lebar jelas memiliki resiko yang tinggi pada saat itu.
Singkat cerita, Marvel Studios pun berhasil dibentuk dengan Paramount Pictures menjadi rumah distribusi tetapnya setelah Fox dan Sony menolak menjadi rumah distribusi bagi Marvel Studios. Mereka merasa bahwa franchise X-Men & Spider-Man sudah cukup mendatangkan pundi-pundi yang banyak bagi mereka.
Dengan status Marvel Studios yang kini merupakan studio film milik sendiri, langkah selanjutnya adalah menghadirkan film pilot project cinematic universe ini yang harus bisa diterima orang banyak dan tentu saja menghadirkan after effect yang wow.
Hadirnya Iron Man
Untuk itulah, tugas pertama dari Marvel Studios adalah memperkenalkan karakter ini ke publik. Memperkenalkan bahwa karakter ini bukanlah robot atau cyborg layaknya Robocop, namun karakter ini benar-benar man in a suit, di dalam kostumnya ada seorang laki-laki kaya raya pemberantas kejahatan bernama Tony Stark.
Robert Downey Jr. pun akhirnya dipilih memerankan Tony Stark, setelah sebelumnya rumor berkembang bahwa Tom Cruise lah yang akan menjadi sosok Tony Stark.
Jujur, saya pribadi pun sebenarnya kurang mengenal sosok Iron Man pada saat film pertamanya dirilis di tahun 2008. Tahu bahwa karakter tersebut berasal dari semesta Marvel, namun kedalaman ceritanya tidak terlalu mengerti.
Pada saat memainkan game Marvel di konsol playstation seperti Marvel vs Capcom atau Amazing Spiderman pada saat itu, sosok Iron Man pun biasanya hanya muncul sesaat sebagai cameo atau sebagai petarung yang skill nya pun tidak terlalu bagus.
Namun siapa sangka, dengan teknik marketing yang masif dengan menggandeng berbagai brand ternama, digabung dengan soundtrack yang mewah dari grup band legendaris seperti AC/DC dan Black Sabbath, kehadiran Iron Man langsung bisa diterima publik dengan baik.
Penyajian sebuah film superhero yang sangat baru dari segi konsep dan kemasan, jelas berhasil mendatangkan penonton yang sebelumnya tidak tahu apa itu Iron Man. Pendapatan sebesar hampir 600 juta dolar AS pun menjadi penanda kesuksesannya. Dan tentu saja, semakin memantapkan dan meyakinkan jajaran direksi Marvel Studios untuk mewujudkan ambisi mereka, Marvel Cinematic Universe.
Kesuksesan Marvel Cinematic Universe
Terkait kesuksesan ini, sejatinya ada beberapa hal yang membuat Marvel selalu sukses dalam mengeluarkan film-film superhero nya. Beberapa hal tersebut adalah sebagai berikut ;
Teaser wajib di akhir film
Seperti kita tahu, menyaksikan film Marvel hingga credit title berakhir menjadi sebuah hal yang saat ini jamak dilakukan oleh para penonton bioskop. Hal itu tak lain disebabkan karena adanya teaser untuk film Marvel selanjutnya yang diselipkan after credit scene. Teasernya bisa hanya 1 klip video atau bahkan hingga 5 klip video seperti pada film Guardian of the Galaxy Vol.2. Semakin teaser-nya menimbulkan efek penasaran, maka semakin besarlah keinginan penonton untuk menonton film-film Marvel selanjutnya.
Film dibagi per fase
Tidak bisa dipungkiri, konsep fase yang diusung Marvel merupakan suatu hal yang brilian di dunia perfilman. Mengawali setiap fase dengan film superhero tertentu, kemudian diakhiri dengan bersatunya mereka dalam film The Avengers. Infinity War sendiri merupakan penutup dari fase ketiga yang dimulai dari film Captain America: Civil War.
Dengan total pendapatan sebesar 12 milyar dolar AS di seluruh dunia sampai dengan tahun 2017 seperti dilansir dari laman web esquire.com, jelas ke 18 film Marvel yang telah ditayangkan di seluruh dunia menjadi bukti bahwa konsep fase yang ditawarkan Marvel merupakan strategi bisnis yang positif dan sangat menguntungkan.
Berani memproduksi superhero kurang terkenal dengan konsep yang segar
Namun di situlah hebatnya Marvel, mereka mengangkat karakter yang kurang terkenal dengan konsep penceritaan yang segar. Guardians of the Galaxy sarat komedi segar disertai soundtrack yang catchy dan nyeleneh, Ant Man menyajikan cerita superhero dari seorang mantan napi dan ayah yang sangat menyayangi anaknya, Doctor Strange sarat akan dunia sihir sementara Black Panther menyajikan pesan yang mendalam terhadap isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat, khususnya isu rasial.
Jelas, konsep-konsep penceritaan tersebut menjadi bukti bahwa penonton pun tetap dapat tertarik menyaksikan deretan superhero yang belum dikenalnya, asalkan menghadirkan cerita yang segar dan tentu saja menghadirkan kejutan di dalamnya.
Kegagalan DC mengantisipasi Marvel Cinematic Universe
Di sini Marvel sudah berhasil mengambil hati penonton awam yang sebelumnya tidak tahu tentang karakter Marvel, dan jelas hal ini menguntungkan Marvel karena si penonton akan lebih mengingat karakter Marvel dibanding DC.
DC jelas akan kesulitan memperkenalkan berbagai karakter lainnya, karena penonton sudah "kadung" menerima deretan superhero Marvel dalam ingatan mereka. Sehingga Justice League yang di tahun lalu dikeluarkan oleh DC pun sejatinya tidak memberi efek perlawanan apapun bagi cinematic universe nya Marvel.
Infinity War, kado ulang tahun termegah untuk fans Marvel
Kehadiran Infinity War jelas menjadi kado terindah bagi para fans yang setia mengikuti perjalanan Marvel Cinematic Universe sejak tahun 2008. Namun di satu sisi juga menjadi pertanda berakhirnya era keemasan beberapa superhero senior dalam semesta Marvel.
Marvel tak ubahnya dengan DC jika terus bergantung terhadap salah satu superhero. Untuk itulah, kematian beberapa superheronya harus dilakukan untuk memperkenalkan publik kepada berbagai karakter superhero lain yang juga tak kalah kerennya.
Kevin Feige sendiri bahkan pernah mengatakan di salah satu sesi wawancara bahwa akan ada sekitar 20 film MCU lainnya setelah fase ke tiga ini berakhir. Hal ini jelas menjadi pertanda bahwa akan ada banyak konsep pada MCU yang bisa ditampilkan di masa depan.
Jangan lupakan juga obsesi Marvel Studios untuk membawa franchise Spider-Man milik Sony ke dalam semestanya pun sejatinya merupakan salah satu tindakan yang sangat serius demi menghadirkan Infinity War ini.
Dimulai dari Civil War, Spider-Man pada akhirnya "dipinjam" Marvel Studios untuk bisa bergabung dengan The Avengers di film Infinity War. Sebuah saga yang pastinya akan memuaskan dahaga para fans karena diproduksi dengan penuh ambisi dan serius.
Pada akhirnya, semoga Avengers: Infinity War benar-benar menyajikan film Marvel yang epik dan benar-benar memuaskan para fans dari sisi cerita, spesial efek bahkan adegan pertarungan terbesar melawan sang dewa gila, Thanos. Karena tak bisa dipungkiri, Avengers: Infinity War juga akan menjadi titik balik akan fase 4 MCU yang tentunya akan diisi oleh berbagai deretan film superhero baru seperti Captain Marvel.
Menarik melihat bagaimana ide dan konsep yang akan ditawarkan Marvel untuk mempertahankan fans yang ada bahkan menarik fans yang baru meskipun kehilangan beberapa superhero ikonik nya pada film Infinity War ini. Tahun ke 10 ini jelas menjadi babak baru, tak hanya bagi Marvel Studios, namun juga para fans nya.
Menarik jika Marvel Studios dengan Marvel Cinematic Universe nya tetap bisa menjadi bagian dari ikon pop culture di masa-masa mendatang berkat berbagai konsep segar yang akan terus ditawarkan. 100 tahun bertahan rasanya bukan sesuatu yang sulit digapai jika bisa tetap inovatif dengan konsep-konsepnya.
Dan untuk para kompasianer yang sudah memiliki tiket Infinity War, selamat menonton persembahan 1 dekade Marvel Cinematic Universe ini. Ingat, jangan spoiler !!
Salam kompasiana !