Mohon tunggu...
yona listiana
yona listiana Mohon Tunggu... Desainer - penjahit

suka mancing

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menjaga Pendidikan yang Mencerdaskan

8 Februari 2016   14:14 Diperbarui: 8 Februari 2016   15:09 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ramadhan.pojoksatu.id"][/caption]UUD 1945 menegaskan, mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan cita-citan negara ini setelah merdeka. Dengan adanya orang yang berpendidikan, diharapkan tidak ada lagi keterbelakangan, tidak ada lagi penjajahan, seperti yang dirasakan negeri ini sebelumnya. Dan jauh sebelum muncul sekolah modern seperti sekarang ini, upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa itu, sudah dilakukan oleh pesantren. Pesantren merupakan kultur asli Indonesia, yang terus berkembang hingga saat ini.

Sejak awal, pesantren cenderung ramah, damai, dan luwes dalam melakukan implementasi nilai keagamaan. Dan sudah sejak awal pula, sistem pendidikan pesantren jauh dari nilai-nilai radikal. Kurikulum pengajaran dalam pesantren, sangat sistematis, runut dan bertahap. Tidak langsung seketika. Buku santri pemula lebih tipis dan ringkas, sedangkan santri senior lebih tebal, meski sama-sama mempelajari fikih. Contoh lain, karena kebersihan merupakan bagian dari iman, santri juga diajarkan mengenai kebersihan dan ibadah. Bukan langsung pada ilmu yang berat.

Mari kita lihat apa yang ditemukan GP Anshor di Depok Jawa Barat, awal tahun 2016 lalu. Telah ditemukan buku bacaan Islam, yang mengandung unsur radikal di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Kenapa langsung dikatakan radikal? Untuk anak usia dini, buku tersebut sudah langsung menanamkan ajaran mengenai mati syahid dan jihad dengan cara bom bunuh diri. Apakah ini masuk akal? Selain belum pada porsinya, pemahaman ini jelas-jelas menyimpang dari ajaran Islam. Sangat jauh berbeda seperti yang diajarkan di lingkungan pesantren tadi.

Sistem pengajaran di pesantren, juga berbasis kesinambungan antara murid dan guru, gurunya, bahkan terus hingga ke Nabi Muhammad SAW. Inilah yang disebut sebagai mata rantai keilmuan, yang terus dijaga hingga saat ini. Kalau sentralnya langsung Nabi Muhammad, tentu tidak ada unsur kekerasan disini. Tentu tidak ada unsur radikal, seperti yang ditemukan dalam buku bacaan PAUD tadi.  Pengawasan pemahaman keagamaan, bisa dilakukan dengan kontrol ketat kultural berupa relasi guru dan murid dengan mata rantai keilmuan yang bersambung kepada Rasulullah.

Tradisi pesantren ini, merupakan bukti telah mencerdaskan kehidupan bangsa. Buktinya apa? Banyak alumni pesantren yang menjadi ulama hebat. Banyak alumni pesantren yang menjadi pemimpin. Sebut saja seperti almarhum Gus Dur, presiden ke empat Indonesia, merupakan alumni pesantren. Mempertahankan tradisi pesantren penting, untuk menghindari pemahaman yang keliru. Apalagi, penyebaran paham radikal ini terus bergerak kemana saja, termasuk ke dalam pesantren.

Upaya kelompok radikal untuk menyeret Islam dan pesantren ke dalam perilaku terorisme, harus terus dicegah. Terlebih, adanya indikasi 19 pesantren yang mengajarkan paham radikalisme, harus terus menjadi kewaspadaan kita bersama. Jangan sampai pemaham radikal, merusak tradisi pendidikan yang mencerdaskan bangsa, menjadi hancur. Jangan sampai, generasi muda kita menjadi generasi yang radikal.

Karena, sejak awal berdiri hingga saat ini, pesantren telah mengajarkan pemahaman Islam yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menghargai hak asasi manusia, serta menghormati ragam budaya dan kultur masyarakat. Tidak hanya itu, pesantren juga mengedepankan kedamaian, keadilan, toleransi, dan sikap yang menjaga keseimbangan.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun