Mohon tunggu...
yona listiana
yona listiana Mohon Tunggu... Desainer - penjahit

suka mancing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perangi Radikalisme di Sekitar Kita

26 Oktober 2019   21:52 Diperbarui: 26 Oktober 2019   22:17 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari-hari terakhir ini banyak orang sensitive bahkan marah dengan istilah radikalisme karena banyak pihak yang menyatakan "berperang' terhadap radikalisme. Para pihak yang marah itu menyarakan bahwa tindakan pemerintah berlebihan dalam melihat agama dan menganggap agama tertentu itu pemantik orang bersikap radikal.

Padahal jika kita kaji lebih jauh, selama beberapa tahun  bahkan beberapa bulan terakhir ini banyak kasus yang mengaitkan  orang yang terhormat di masayakat juga terkait radikalisme. Semisal pedagang besar, PNS / Polwan yang terlibat radikalisme, dosen yang membuat bom Molotov yang akan diledakkan saat demo mahasiswa soal UU KPK. Juga kepala  suatu instansi di daerah bahkan berangkat ke Suriah untuk membuktikan dirinya adalah penjuang-pejuang untuk agama.

Belum lagi jika kita melihat perkembangan sektor pendidikan. Sistem otonomi daerah yang mulai diberlakukan sekitar 2000an memang memberikan pengaruh besar pada pengelolaan daerah. Sehingga hal-hal yang menyangkut pendidikan sebagaian bisa diatur sendiri tana banyak diatur oleh pusat

 Implikasinya memang significant diamana para pelaku kegiatan pendidikan ini seringkali tanpa sadar dan dengan sadar memasukkan unsur-unsur radikal dalam proses belajar sehingga kita bisa lihat sekarang banyak sekali sekolah dan peserta didik yang juga teritervensi radikalisme.

Menteri Pendidikanpada era lalu, Muhadjir  menilai pendidikan agama yang diberikan di sekolah saat ini orientasinya terlalu serba pengetahuan dan yang menjadi kontennya pun sangat determenistik.Deterministik adalah sifat dimana agama yang dianut siswa yang paling benar dan yang lain tidak benar.

Pengetahuan pendidikan agama yang deterministik itu yang menurut Muhadjir menjadi salah satu penyebab sempitnya pemahaman agama. Dan karena dibentuk sejak dini, lambat laun mengubah orang menjadi berpandangan radikal.

Sehingga mau tidak mau kita memang harus mereview kembali banyak sisi dari kehidupan berbangsa kita. Dan pemerintah sebagai pihak yang paling berwenang sudah menyadari bahaya itu dan segera melakukan langkah-langkah yang diperlukan.

Karena itu kita sebagai masyarakat biasa harus mendukung agar bangsa dan negara ini berjalan pada track benar dan sesuai dengan cita-cita pendiri bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun