Bila demikian adanya, adakah seseorang akan memperlakukan anaknya sendiri dengan sembarangan? Apakah dia tidak akan memperdulikan kemajuan anak kandungnya? Banggakah ia melihat anaknya terseok tertatih mengejar ketertinggalan? Atau yang lebih parah lagi adalah bahagiakah ia melihat anaknya tinggal dalam kebodohan?
Nonsense. Pastinya tidak mungkin sebab sangat tidak masuk akal. Dan aku sangat percaya tidak ada satu orangtua pun yang akan bersikap senaif itu. Sebaliknya, ia akan merawat buah hatinya hingga ke dimensi tertinggi yang dia impikan. Dia akan menuntun setiap anaknya dengan kasih sayang penuh yang sempurna.
Karena alasan itulah, sebisa mungkin dalam setiap kesempatan aku membangun rasa percaya diri anak. Tentunya dengan cara yang kubisa dan kupunyai. Atau kalau tidak mampu membangun, aku tidak mau menghancurkan rasa percaya diri mereka. Bagaimana caranya?
Memberitahukan Kelebihannya
Aku senang membisikkan apa yang menjadi kelebihan anak atau orang-orang yang berada di sekelilingku. Kepada anak-anak ketika mengajar di kelas. Atau kepada orang-orang ketika berteman atau bekerjasama dengan mereka. Apakah itu sebagai rekan kerja atau pun sebagai pemimpinnya.
Memang tidak ada seorang manusia pun yang hanya memiliki kelebihan. Mesti ada kekurangannya. Karena itu adalah sebuah keseimbangan hidup. Tetapi aku tidak mau mengobral seluruh kekurangannya, kalau kebetulan banyak.
Biasanya aku hanya menyampaikan yang kelihatan, menonjol dan yang sangat mengganggu. Baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Itupun paling banyak dua kekurangan yang kusampaikan. Tujuannya agar ia tidak merasa diri sebagai orang yang tak memiliki sesuatu yang berharga yang membanggakannya.
Memberi Kesempatan Seseorang untuk Melakukan
Sering kita mendengar bahwa seseorang tak mampu melakukan sesuatu. Entah dianggap tidak punya pengetahuan atau keterampilan tertentu. Karena anggapan menohok harkat diri, ia tidak pernah diberi kesempatan untuk membuktikan.
Aku memiliki pengalaman ini. Ketika sebagai kepala sekolah di Makassar, aku suka membagi tugas dan peran anak melakukan sesuatu. Dan suatu ketika aku memberi tugas kepada salah seorang anak yang dianggap tak mampu. Yaitu membaca teks Pancasila saat upacara.