Mohon tunggu...
YOLANDA NATSYA
YOLANDA NATSYA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Universitas Lampung

Mahasiswa FISIP

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perspektif Smoking Area di FISIP Universitas Lampung: Manfaat dan Dampaknya Bagi Lingkungan dan Kesehatan

18 April 2024   20:43 Diperbarui: 19 April 2024   00:11 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: https://fisip.unila.ac.id  

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, bagian populasi Indonesia pada usia lebih dari 15 tahun yang merokok sejumlah 23,25% tahun 2022. Nilai itu bergulir 0,55% poin dari tahun lalu yang sejumlah 23,78%.

Berdasarkan tempatnya, Lampung menjelma sebagai kalangan tempat dengan persentase penduduk dengan usia lebih dari 15 tahun yang merokok paling tinggi di Indonesia, yakni sejumlah 27,41%. Hal ini disebutkan bahwa tingginya persentase perokok pada usia muda di atas usia 15 tahun disebabkan karena pengaruh dari lingkungan sekitar.

Pendapat Oskamp (1984) yang menyatakan bahwa seseorang menjadi kecanduan merokok setelah mencoba rokok pertama didasarkan pada kausa seperti kapabilitas, pengurangan kegelisahan, serta pencarian signifikasi, memberikan pemahaman tentang aspek yang mungkin merajai kapabilitas merokok individu. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki pengalaman dan motivasi yang unik terkait merokok.

Analitis konteks FISIP Universitas Lampung, pemahaman terhadap teori-teori tersebut dapat memberikan wawasan tentang aspek yang merajai tindakan merokok di lingkungan kampus. Penanganan masalah merokok di lingkungan FISIP Universitas Lampung dapat melibatkan pendekatan yang holistik, termasuk upaya untuk memahami dan mengatasi alasan-alasan individu yang mendorong mereka untuk merokok, serta memberikan alternatif yang lebih sehat dan mendukung bagi mahasiswa dan staf universitas.

Sementara itu, pandangan Graham (dalam Ogden, 2000) yang menyatakan bahwa merokok dapat memiliki efek feeling positif dan mengakomodasi perseorangan dalam mengatasi masalah sulit, menggarisbawahi bahwa beberapa individu mungkin menggunakan merokok sebagai mekanisme koping dalam menghadapi stres atau tekanan. Namun, penting untuk diingat bahwa manfaat sementara ini harus dilihat dalam konteks risiko jangka panjang terkait kesehatan yang ditimbulkannya.

Teori yang disampaikan dalam studi Mirnet (Tuakli dkk, 1990) memberikan wawasan yang relevan terkait aspek yang memengaruhi tindakan merokok pada remaja, termasuk mahasiswa di lingkungan FISIP Universitas Lampung. Melalui survei terhadap para perokok, studi tersebut menyoroti beberapa faktor yang dapat menyebabkan keterlanjutan perilaku merokok, antara lain pengaruh dari orang tua dan saudara yang merokok, rasa bosan, stres dan kecemasan, serta perilaku teman sebaya.

Dalam konteks lingkungan FISIP Universitas Lampung, pemahaman terhadap aspek tersebut dapat memberikan pandangan yang lebih dalam tentang mengapa mahasiswa di lingkungan tersebut mungkin terus melakukan perilaku merokok. Upaya untuk mengurangi prevalensi merokok di lingkungan FISIP dapat melibatkan pendekatan yang holistik, termasuk edukasi tentang dampak negatif merokok, penyediaan alternatif yang sehat, serta pembentukan lingkungan yang mendukung bagi mahasiswa untuk mengelola stres dan tekanan tanpa mengandalkan rokok.

Pendapat Tandra (2003) tentang meningkatnya jumlah perokok di kalangan remaja, terutama di negara berkembang seperti Indonesia, memberikan pemahaman yang penting tentang masalah merokok yang semakin meresahkan. Meskipun banyak remaja telah menyadari dampak buruk rokok bagi kesehatan, faktor-faktor lain seperti tekanan sosial, ketertarikan pada kebiasaan tersebut, dan kurangnya kesadaran akan risiko jangka panjang masih memengaruhi keputusan mereka untuk merokok.

Relevan dengan lingkungan FISIP Universitas Lampung, peningkatan prevalensi merokok di kalangan remaja dapat mencerminkan tantangan yang dihadapi dalam mengelola kebiasaan merokok di lingkungan kampus. Dengan menyadari bahwa sebagian besar mahasiswa FISIP Universitas Lampung berada dalam rentang usia yang rentan terhadap kebiasaan merokok, langkah-langkah pencegahan dan intervensi yang tepat perlu dilakukan.

Upaya untuk mengatasi masalah merokok di lingkungan FISIP Universitas Lampung bisa melibatkan pendekatan multidisiplin, termasuk pendidikan tentang bahaya rokok, menciptakan lingkungan yang mendukung perilaku sehat, serta penyediaan layanan kesehatan dan dukungan psikologis bagi mahasiswa yang ingin berhenti merokok atau mengatasi ketergantungan mereka. 

Dengan memperhatikan pandangan Tandra (2003) dan fakta bahwa 20% dari total perokok di Indonesia adalah remaja, penting bagi FISIP Universitas Lampung untuk mengambil langkah-langkah proaktif dalam menghadapi masalah merokok di kalangan mahasiswanya.Dalam kehidupan sehari-hari seringkali ditemui orang merokok di mana- mana, baik di kantor, di pasar ataupun tempat umum lainnya atau bahkan di kalangan perguruan tinggi. Pada opini kali ini, kami membahas terkait situasi perokok di lingkungan FISIP Universitas Lampung.

Banyaknya perokok aktif di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung termanifestasi melalui pembangunan Smoking Area di lingkungan kampus. Meskipun tujuan pembangunan area merokok adalah untuk mempromosikan penghijauan dan mengurangi polusi udara, masih ditemukan beberapa kekurangan terkait penggunaan dan fasilitas di dalamnya. Meskipun efektif dalam mengurangi asap rokok, kenyamanan pengguna terganggu oleh suhu yang terlalu panas dan jarak yang jauh dari area tempat berkumpulnya mahasiswa.

Lingkungan FISIP terdapat banyak mahasiswa yang merokok di sembarang tempat seperti antar lorong gedung, di taman serta ruang publik lainnya. Hal ini tentu sangat mengganggu bagi khalayak lainnya dikarenakan asap rokok yang bertebaran di lingkungan FISIP.

FISIP telah memfasilitasi mahasiswa dengan Smoking Area yang difungsikan sebagai tempat untuk merokok, sangat bermanfaat bagi perokok maupun non-perokok. Ini memberikan keuntungan bagi keduanya karena perokok mendapatkan tempat bebas merokok tanpa khawatir mendapatkan teguran atau sanksi sosial di area kampus, sementara non-perokok dapat menikmati udara bebas asap rokok. Namun, sayangnya, smoking area tidak selalu difungsikan secara maksimal oleh para mahasiswa, terbukti dengan beberapa mahasiswa merokok di luar area yang telah ditentukan.

Mahasiswa yang merokok di luar smoking area yang telah disediakan oleh FISIP Universitas Lampung sebaiknya diingatkan untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan. Penegakan aturan ini penting untuk menjaga kenyamanan dan kebersihan lingkungan serta menghormati hak non-perokok. Sanksi atau teguran yang sesuai perlu diberlakukan untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan tersebut.

Opini berdasarkan sudut pandang non-perokok

(Annisya Rahma Azzahra dan Yolanda Natsya) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun