Banyak orang tua mengorbankan segalanya agar anaknya bisa menjadi "sarjana". Namun, pendidikan tinggi di Indonesia hari ini masih menyimpan masalah mendasar: apakah kuliah benar-benar memerdekakan pikiran mahasiswa? Atau hanya mencetak lulusan yang siap bekerja, tapi tak siap berpikir?
Perguruan tinggi sering terjebak dalam orientasi pasar kerja. Mahasiswa diajarkan keterampilan teknis, tapi minim ruang untuk berdialog, berdiskusi kritis, atau menyentuh realitas sosial bangsanya. Kuliah menjadi rutinitas akademik, bukan proses pembentukan karakter dan kesadaran.
Padahal, sejarah Indonesia membuktikan bahwa mahasiswa adalah kekuatan moral dan intelektual bangsa. Mereka bukan sekadar pencari ijazah, tetapi pemikir, pemimpin, dan penggerak perubahan.
Kini saatnya pendidikan tinggi dikembalikan pada esensinya:
- Mengembangkan nalar kritis, bukan hanya menjawabMengembangka
- Menumbuhkan kepekaan sosial, bukan sekadar mengejar IPK.
- Mendorong kemandirian berpikir dan bertindak, bukan hanya tunduk pada sistem.
Mahasiswa tidak boleh dimiskinkan secara ide. Sebab, jika generasi intelektual hanya dilatih untuk patuh, maka masa depan bangsa akan kosong dari gagasan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
