Mohon tunggu...
Novia
Novia Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Ayu

sebuah kebaikan akan dikenang selamanya..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malin Kundang (versi kontraversi)

22 Juli 2019   18:37 Diperbarui: 26 Juli 2019   07:39 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di pinggir Laut Jawa, sebuah tanjung kecil menjorok ke laut. Sepetak gubuk kayu kecil dikelilingi tebing curam yang tidak terlalu dalam ke permukaan laut. Sebelas tahun yang lalu di gubuk itu ia lahir. Bayi itu diberi namanya Marlin oleh ibunya.

Sejak kecil Marlin dipanggil Malin karena saat ditanya siapa namanya jawabnya adalah Malin lidahnya belum bisa ngomong 'er'. 

Dari gubuknya dia sering melihat kapal-kapal besar yang lewat di laut Jawa sehingga berangan-angan untuk punya kapal sendiri dan berlayar seperti ayahnya. "Lin! Uhk uhk.. ayo masuk Ngger (ngger = bhs Jawa panggilan pada anak) , wis surup (sudah sore)" Ibunya Malin sering sakit-sakitan. "Nggih Yung (iya bu, biyung = panggilan ibu)" "Besok kita pindah ke tempat paman Iro ya le.." "Inggih Yung" Ibu Malin ada sedikit keturunan bangsawan Jawa (priyayi) sehingga masih mengajarkan berbahasa Jawa yang halus kepada Malin. Dan Malin adalah anak yang sangat menurut pada ibunya. Dan akhirnya mereka ikut tinggal di rumah pamannya bernama Iro Direjo. Pamannya seorang tukang ukir yang terkenal di wilayah tersebut.

Di Kota Pelabuhan yang ramai dan terdapat berbagai orang dengan asal yang berbeda-beda itu, dia membantu pamannya selama sepuluh tahun. Sekian lama belajar, Malin menjadi sangat pandai mengukir, serta menjual dagangan pamannya. Terutama kepada orang asing, karena dia mampu dengan mudah belajar bahasa asing seperti Bahasa Inggris, Belanda, Spanyol bahkan bahasa Perancis dan Arab. Dan kepandaian itu seperti sebuah keajaiban baginya.

Suatu sore datang pria Inggris dengan beberapa pengawalnya datang ke tempat pamannya untuk membeli ukiran. Dia seorang Kapten Kapal Perang Inggris yang sedang perjalanan pulang, mampir untuk mengisi perlengkapan. Kapten itu heran dengan kepintaran berbahasa dari pemuda ini. Karena Malin masih menyimpan rasa ingin bertemu dengan ayahnya sehingga banyak bertanya tentang ayahnya yang kebetulan kapten Inggris itu mengenalnya. Lalu Malin ditawari suatu pekerjaan sehingga dengan tanpa pikir panjang dia mau asalkan bisa pergi ketemu ayahnya.

Malin pamit kepada ibunya dan pamannya, dengan berat hati mereka melepas kepergian Malin. Itupun dengan bujukan Malin bahwa dia berjanji tidak akan lama, setahun atau dua tahun akan kembali.

Dalam perjalanan kapten Kapal itu ternyata adalah seorang berpangkat tinggi di Kerajaan Inggris. Dia banyak bercerita tentang pengalamannya, yang akhirnya menggugah semangat Malin untuk berpetualang. Sesampai di Inggris, Malin mengetahui bahwa ayahnya telah meninggal dalam perang, Malin menurut saja saat diserahkan oleh kapten kepada Kepala Angkatan perang Inggris, dan dia dididik secara khusus. Karena kerajaan membutuhkan agen mata-mata berkebangsaan pribumi untuk memenangkan perang. Dan Malin adalah figur yang cocok dengan kualifikasi yang dicari oleh kerajaan Inggris, karena menguasai banyak bahasa dan terutama adat-istiadat lokal.

Singkatnya Malin lulus dan ditugaskan ke Jawa untuk menyusup ke dalam Kerajaan Jawa. Agar tidak menimbulkan kecurigaan dari para telik sandi (mata-mata kerajaan Jawa) dia menyamar sebagai seorang putra bangsawan Jawa bernama Gondang Sumodiharjo yang baru pulang dari Inggris.
Kedatangannya diantar oleh sebuah Kapal Dagang Inggris yang besar dan terkenal. Pagi itu kapalnya akan berlabuh di Pelabuhan tempat ibu dan Pamannya dahulu tinggal, Ibu Malin telah mendengar bahwa ada kapal dari Inggris yang mau berlabuh. Karena sejak beberapa bulan ini ibu si Malin hampir tiap hari menyuruh seseorang untuk mencari berita kedatangan kapal dari Inggris.

Sejak di atas kapal Malin sudah dapat melihat di antara kerumunan itu ada ibunya, dan di sekitar situ ada beberapa telik sandi  (mata-mata Jawa) yang bisa terlihat dari pakaian dan tatapan mata mereka. Ibu Malin berdiri sangat dekat dengan jalan satu-satunya turun dari kapal itu. Siapapun pasti tidak akan terlewat dari pandangannya. Dengan menguatkan hati Malin bertekad untuk tidak membuka penyamarannya, karena ini juga tugasnya yang pertama yang dia tidak ingin gagal.

Setelah dekat ibunya berteriak "Malin! Malin! Anakku!" sambil terurai air matanya membasahi pipi. Pengawal Malin segera mendorong ibu Malin dengan keras serta membentak, "Malin siapa! Ini Gondang Sumodiharjo putra Bupati Sosrokusumo!" "Malin!" (Bukk!) Koper dipukulkan ke perut ibu Malin oleh pengawal itu. Malin agak tersentak dan tangannya memegang lengan pengawalnya. "Ora! Iki anakku Malin..!! (ini anak saya Malin) Ibunya berteriak. "Sanes Malin bu.. Nami kulo Gondang..(bukan Malin bu, nama saya Gondang" "Kondang? Kowe ojo wani-wani ngapusi biyungmu dewe, woohh duroko kowe mengko..!! (Jangan berani-berani menipu ibumu, nanti kamu durhaka!)" "Nyuwun ngapunten andahan kulo Bu..! (mohon maaf pengawal saya bu)" ujar Malin dengan halus (sambil mengerdipkan sebelah mata kepada ibunya). Ibunya sedikit kaget dan terkesiap, sangat faham dengan kebiasaan anaknya sejak kecil. Dari mulutnya terbata-bata teriakan "Malin! Eh Kundang! Malin Kondang!. Dan dengan sigap para pengawal Malin segera meninggalkan kerumunan itu agar tidak menimbulkan banyak pertanyaan. Tentu saja dari kerumunan menimbulkan cemoohan, ada anak durhaka yang melupakan ibunya. Namanya Malin Kondang.

Dari mulut ke mulut ditambah bumbu cerita itu malah tersiar cepat bahkan hampir ke seluruh Jawa (karena dalam bahasa Jawa Kondang artinya terkenal dan Malin hampir mirip dengan kata Maling yang artinya pencuri. Dan orang Jawa tidak mudah percaya, masak ada nama kok Maling Kondang, kira-kira Malin Kundang itu yang lebih masuk akal, sehingga penyebutannya menjadi lebih fasih Malin Kundang). Malin beserta pengawalnya yang juga teman sejawatnya akhirnya beberapa kali malah menjadi pusat perhatian, di mana-mana mata melihat mereka bisik-bisik. Dan hal itu sangat membahayakan tugasnya sebagai mata-mata Inggris. Maka atas petunjuk pimpinan mereka akhirnya misi dibatalkan. Dan mereka mendapat tugas baru agar berangkat ke Jawa Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun