Mohon tunggu...
Yoko Mashonia
Yoko Mashonia Mohon Tunggu... Bankir - Bankir

Bankir yang tertarik untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Financial

Munculnya Covid-19 dan Pengaruhnya terhadap IHSG

25 Juni 2021   20:20 Diperbarui: 25 Juni 2021   20:58 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Corona virus atau yang dikenal dengan nama Covid-19 pertama kali muncul di Wuhan, Tiongkok, pada Desember 2019 dan kemudian menyebar dengan sangat cepat ke berbagai negara hingga secara resmi WHO (World Health Organization) mendeklarasikan Covid-19 sebagai pandemi pada tanggal 9 Maret 2020. 

Virus ini sendiri masuk ke Indonesia yang secara resmi pertama kali dikonfirmasi sebagai kasus Covid-19 pada tanggal 2 Maret 2020. Penyebaran yang cepat memberi pengaruh terhadap perekonomian di Indonesia. Ketidakpastian pasar keuangan yang tinggi tercermin dari volatilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Sebelum Covid-19 masuk ke Indonesia, IHSG di tahun 2019 naik 1.7% dari tahun 2018 atau sebesar 6.299,54. Memasuki tahun 2020, IHSG menunjukkan penurunan secara signifikan pada Quartal 1 2020 hingga di Level 4.538,93 dimana penurunan ini terjadi di Bulan Maret 2020 sejak kasus pertama Covid-19 terkonfirmasi. 

Pada Q2 dan Q3 2020 IHSG perlahan mulai meningkat hingga di Level 4.905,39 dan 4.870,04 dimana pertumbuhan ini terjadi di Bulan Juni 2020. Berita terkait produksi dan pengujian klinis Vaksin Sinovac Covid-19 memberikan harapan bagi para investor dan dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian. Namun demikian pergerakan IHSG hingga Q3 2020 masih volatil. 

Memasuki Q3 2020, IHSG terus meningkat hingga di Level 5.979,07 atau tumbuh 53.7% dari posisi terendahnya yaitu di bulan Maret 2020. Bahkan sempat menyentuh di Level 6.165,62 pada tanggal 21 Desember yang merupakan level tertinggi selama krisis akibat pandemi Covid-19. Peningkatan ini salah satunya disebabkan oleh pasar yang mulai optimis terhadap peningkatan perekonomian di Indonesia dan vaksin yang sudah siap untuk digunakan. Oleh karena itu menyebabkan saham Farmasi tumbuh di bulan Desember 2020.

Pada tahun 2020, sektor saham dengan penurunan paling tinggi diantaranya yaitu Sektor Infrastruktur (-2,49%), Sektor Industri (-2,02%), Sektor Konstruksi dan Properti (-1,62%), Sektor Pertambangan (-1,33%), Sektor Manufaktor (-0,99%), Sektor Keuangan (-0,66%), Sektor Aneka Industri (-0,62%), dan Sektor Barang Konsumsi (-0,38%). Hanya 2 sektor yang menguat di tahun 2020 yaitu Sektor Perkebunan (0,89%) dan Sektor  Perdagangan (0,17%).

Terkait penurunan saham dari Maret 2020, Pemerintah melalui OJK dan Self Regulatory Organizations (SRO) bersinergi membuat kebijakan pre-emptive untuk memitigasi terjadinya penurunan saham yang diakibatkan sentimen negatif. Kebijakan tersebut diantaranya yaitu melarang short selling, memberlakukan trading halt untuk penurunan 5%, asymmetric auto-rejection, memendekkan jam perdagangan bursa dan mengijinkan buyback saham saham oleh emiten tanpa melalui RUPS.

Meskipun saat ini penurunan dan pertumbuhan saham tidak lepas dari sentimen yang diciptakan oleh bandar, namun berita terkait Covid-19 tetap mempengaruhi volatilitas IHSG. Munculnya Covid-19 dan tingginya pertumbuhan kasus per hari memicu investor asing melepas kepemilikan di Saham. Kondisi Quartal I tahun 2021 IHSG mengalami pertumbuhan tipis 0,11%. Pemerintah tetap optimis terkait pemulihan keuangan dengan cara mempercepat proses vaksinasi di Indonesia dan aktivitas ekonomi yang mulai normal Kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun