Mohon tunggu...
Yohanes Pratama
Yohanes Pratama Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

FE Atmajaya 2014

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Exorcist di Indonesia

11 Oktober 2014   01:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:32 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hai, Saya akan menshare cerita tentang exorcist di Indonesia!

Ini adalah kisah nyata bukan dibuat-buat ya temen-temen walaupun ceritanya udah lama tapi masih menarik kok hehe.  Disini adalah pengalaman dari Romo Yohanes jadi Sudut Pandangnya di cerita ini adalah Romo sebagai Orang pertamanyaa. Seru loh ceritanya walau rada panjang.  Selamat Membacaaaa :)

Saudara-Saudari terkasih, para imam yang terhormat. Rasa hati saya masih menggelegak, bergetar, tremendum-fascinoscum oleh pengalaman pertama saya melakukan exorcisme. Pertama-tema saya mengucapkan terima kasih kepada Bruder Yohanes FC yang telah pernah  memposting teks resmi mengenai doa exorcism dari Vatikan ke milist komunikasi KAS, sehingga saya yang sempat membacanya dengan sambil lalu waktu itu, toh menjadi ingat akan apa yang tertulis di postingan bruder ketika harus menghadapinya sendiri. Saya pun makin bersyukur atas rahmat Sakramen Imamat kepada Gereja, yang ternyata memang menjadi sasaran tembak utama setan namun sekaligus alasan  ketakutan setan.

Kisahnya begini.

Tanggal 27 November 2010, hari Sabtu. Saya mendampingi rekoleksi OMK Stasi Tambun paroki Bekasi di Cipanas. Dewan Stasi dan Paroki turut mendampingi. Acara berlangsung bagus dan inspiratif sampai malam. Setelah acara api unggun, semua bersiap tidur. Saya masuk kamar. Baru saja jatuh tertidur, pintu diketuk. Saudari Marta dan Anton serta beberapa lain memberitahu bahwa di Cibulan, di bawah Cisarua ada sekelompok Mahasiswa KAJ dekenat timur yang sedang rekoleksi,. Mereka membutuhkan bantuan imam untuk mengobati 4 mahasiswi yang kesurupan. Satu bahkan menghilang, tak ada di villa. Romo pendamping yakni Rm Hari Sulistyo sudah pulang dan tak akan kembali lagi ke sana . Saya bayangkan,  jarak antara Cipanas hingga Cibulan sekitar 15 Km. Jauh juga. Menjelang pk 23 begini pula…

Tapi baiklah kuberangkat disertai Martha dan Anton. Sambil mengemudikan stir saya mengingat kembali postingan bruder Yohanes dalam milist, apakah ciri-ciri kerasukan setan dan perbedaannya dengan yang stress berat/depresi. Jangan-jangan mereka hanya depresi saja. Biasanya perempuanlah yang suka kesurupan, dan juga perempuanlah yang dikatakan kesurupan malam ini. Sebenarnya saya  orang yang skeptis dengan urusan begini. Saya datang sekedar menenangkan anak-anak itu saja. Pastoral kehadiran sajalah. Namun saya tetap mencoba mengingat kembali teks itu. Kebetulan HP BB saya hang setelah kesiram air teh di gerbong KA saat  dari Jogja ke Jakarta hari Jumat dinihari kemarin. Maka, tak bisa membuka kembali teks dari milist itu. Pokoknya mengingat saja, sambil bincang-bincang dengan Anton dan Marta.

Sesampai di villa tua itu, terlihat para “pasien” sudah terlentang dan tengkurap tidur. Mereka dipisahkan di tiga tempat. Yang hilang sudah ditemukan, katanya ada di kamar atas. Dari keempat anak itu, ada satu yang kata mereka paling kuat. Pak Kiyai/dukun setempat sudah dipanggil sejak pk 19 tadi dan gagal, lalu pulang. Kata mbah dukun, jenis ini bukan yang dia ketahui. Mereka panggil pula pak Pendeta Protestan dari gereja terdekat. Kata mereka, pak pendeta  menyatakan tak sanggup pula lalu pulang. Terlihat para mahasiswa masih menggenggam rosario dan berdoa bersama. Ada salib besi di tergeletak di sofa. Pasien terparah itu perempuan kecil saja. Tergolek tengkurap di sofa, ditunggui teman-temannya. Sudah tidur kata mereka. Karena kondisi sudah tenang, saya spontan memutuskan: ”Ya sudah saya kembali saja, kan anaknya sudah tidur… ” Tetapi beberapa mahasiswa minta saya melihat dulu kondisi gadis yang terparah itu. Kata mereka, tadi dia kuat sekali. Delapan orang mahasiswa lelaki yang kuat pun dia hempaskan. Rosario yang mereka kalungkan di lehernya dia putuskan dan lempar ke halaman. Anehnya, rosario itu mereka temukan telah ada di WC villa. Salib besi itu dia ludahi. Hhmm… masih dengan agak skeptis saya mendekatinya. Kata mereka, suaranya pun berubah seperti bukan suara gadis itu.

Terlihat badan gadis itu tengkurap, mata terpejam separuh. Dari situ terlihat manik matanya… lho.. melihat ke arah mata saya… Aneh… Saya agak tersinggung. Lha kok melirik ke saya terus. Kepalan tangannya menggenggam erat. Saya duduk di sofa yang sama, dekat punggungnya. Ia mengais punggung bawah sambil keluar bunyi desis dari mulutnya, sampai bajunya terlihat sobek sedikit. Desisnya berbunyi ”panasss” … Saya nekad… saya pegang tangannya. Ia memberontak. Saya buka genggaman tangannya, dia melawan dengan sebaliknya. Posisinya masih menelungkup. Saya ingat postingan teks dari bruder Yohanes. Ciri kerasukan setan yang membedakannya dari depresi antara lain, jika disebut nama Malaikat Agung Santo Mikael, atau nama Para Kudus, juga Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus, maka tentu bereaksi keras. Agak skeptis, tetap dengan memegang erat jari-jari kaku mencekam anak itu, saya katakan dengan suara wajar namun jelas terdengar ”Keluar dari badan anak ini ! Dalam nama Yesus Kristus Tuhanmu, serta Malaikat Agung Santo Mikael yang kepadanya kamu membangkang, keluarlah”. Reaksinya begitu mengejutkan kami semua, termasuk saya sendiri. Dengan gerakan cepat dan tak terpahami dari sudut mekanika badan manusia, ia berkelit langsung menatap wajahku face to face, eyes to eyes.. mendesis menatap lurus ke mata saya, matanya penuh kebencian… dia berkata: ”Jangan sebut nama itu!   Itu musuh kami!”. Dia tanya:”Apakah kamu takut, Bapa?. Saya jawab ”Kamulah yang takut!”. Mengapa Bapa mengusir saya? Saya juga anak Tuhan. Kalau tidak, tentu saya tidak ada!” Kujawab”Kamu anak Tuhan yang tidak taat, sombong. Mengapa kamu memasuki anak ini”. Dia jawab: ”Tempat ini nyaman,. Saya mau pergi asalkan anak ini kubawa. Saya telah menambah penyakit pada dirinya, meremas alat cernanya, dan membunuhnya. Itu salah Bapa kalau Bapa memaksakan kehendak”. Saya jawab: ”Tak ada kompromi. Kamu tak bisa membunuh anak ini dan tak kan mampu membawa nyawanya”. Setan ini pun menantang saya, katanya, ia tidak takut pada imamNya, tidak takut pada Yesus karena dia juga mengaku sebagai anakNya, tidak takut ada Sakramen. Maka selama pk 23.45 hingga masuk hari Minggu dini hari, saya dan para mahasiswa Katolik itu bergumul. Kadang-kadang suaranya berubah menjadi lembut bak wanita cantik, kadang menjadi ganas, kadang tertawa ngikik, kadang menantang, kadang merunduk sok kalah. Kadangkala merajuk minta dikasihani. Anak itu muntah-muntah banyak kali. Kadang setan melepaskan anak itu, lalu masuk lagi. Ketika anak itu dilepas, si anak mengeluh”Romo, saya tak kuat, badan saya dan usus serta lambung sakit semua, mau mati saja, dan takut”.Kami menguatkan agar ia berani melawan. Ternyata si anak ini juga diberitahu oleh Setan bahwa Romo akan dia  bunuh jika anak itu tidak taat pada Setan. Maka si anak merasa lemah karena tak mau Romo diapa-apakan oleh Setan. Dan yang paling gila ialah, jumlahnya ketika masuk lagi makin banyak. ”Kami ini Legion”, katanya jelas sekali. Ia fasih bernahasa Inggris, dan Jawa. Hal ini terjadi ketika saya ajak dia dialog dalam bahasa Inggris dan Jawa, sekedar mengetes apakah itu benar setan atau anak itu. Saya tetap mengingat teks postingan bruder di milist itu dan makin yakin kebenaran isinya. Saya katakan padanya ”Kekuatanmu hanya seperempat, masih ada Malaikat Agung St Mikael, serta Gabriel dan Rafael.” Ia mundur, melepaskan lagi anak itu. Tiba-tiba masuk lagi, ”You are stupid, Father”, lalu menghantam saya. Ia suatu saat jatuh di salib. Ia menjerit panas. Maka para mahasiswa menempelkan salib-salib mereka. Ia teriak panas dan tersiksa. Begitulah ia pergi lagi. Namun cepat kembali lagi lebih banyak lagi. Ia mau menguras kekuatan saya. ”Sampai kapan Bapa bisa bertahan? Akan kukuras tenagamu, Bapa!”. Saya jawab ”Kekuatanku dari Allah, yang menjadikan langit dan bumi”. Kami bertempur lagi. Dia menjerit-jerit lagi. Lari lagi… Ada berita bahwa 3 mahasiswi lain sudah dilepas. Semua memang berpindah merasuki mahasiswi yang satu ini.

Ketika masuk lagi yang teraksir kali, dia memeluk saya, dan dengan seolah suara si mahasiswi, dia mengendus tengkuk saya sambil berbisik, ”Aku Lucifer”. Saya ”mak prinding”, terasa bulu kuduk berdiri dan ketakutan mendera. ”Kamu takut, Romo?” katanya dengan lembut di telinga saya. ”Aku akan mengincarmu terus sampai kapanpun”. Saya bangkit keberanian. Saya teriak kepada para mahasiswa: ”Kita mendapat kehormatan, sampai Lucifer sendiri, penghulu setan, datang!” Para mahasiswa emosi, mereka berdoa makin keras. Ada pula yang teriak, ”Hancurkan saja, Sikat  Romo!”. Dia berkata ”Paus Yohanes Paulus II memarahiku”. Kujawab: "Tak hanya Paus Yohanes Paulus II, semua paus dan uskup, dan imam memarahimu, bahkan Tuhanmu Yesus dan malaikat Agung Mikael atasan langsungmu! Taatlah padaNya!” ”Sayalah Tuhan”, jawabnya”. Saya banting dia, dan kami berpegang  tangan sambil saling lawan. ”Saya mulai keringatan dan tenaga terkuras, tetapi tetap saja saya  melawannya: ”Kamu-lah yang ketakutan, melihat kami semua dan Tuhanmu ! Lepaskan badan anak ini, karena dia sudah terima Sakramen Ekaristi !". Lucifer menjawab: ”Aih, itu hanya roti biasa!, dan kalian imam-imam semua bodoh!” Saya marah sekali.   ”Kamu sudah melawan kuasa imamat rajawi Tuhan Yesus Kristus! Mau melawan imamatNya?” dia jawab ”Aku tak takut, Romo, pada imamatmu!”

Ketika Lucifer menantang imamat saya, saya marah. Saya minta tas saya kepada para mahasiswa. Saya lepaskan dia dulu untuk mengambil peralatan aspergil dan stola serta minyak suci, sementara dia ditahan para mahasiswa yang ”menimbunnya”: dengan doa-doa Salam Maria, bapa Kami, Aku Percaya, serta menindihnya dengan tubuh-tubuh kuat mereka. Ketika saya datang lagi, saya percikkan air suci. Ia menjerit panas, dan lari.

Saat itu, saya berpikir, dini hari begini, semua kacau jika tak diakhiri. Saya perintahkan tubuh mahasiswi ini digotong, dievakuasi. Mereka menggotongnya masuk ke mobil saya, lalu saya tancap gas dengan tujuan ke Lembah Karmel. Saya telpon Mbak Sari dan Suster Lisa PKarm. Mbak Sari  dengan sigap telah meminta Satpam membuka gerbang dan pintu kapel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun