Mohon tunggu...
Yohana Caroline
Yohana Caroline Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aku Keren Maka Aku Ada ;)

Seorang mahasiswa yang ingin menjadi garam dan terang dunia. Matius 5:13-16

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenangan Melewati Jembatan Demi Peluang Emas Meraih Kemerdekaan

3 Januari 2022   10:26 Diperbarui: 3 Januari 2022   10:37 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan. Kemerdekaan bagi Indonesia seharusnya menjadi awal bagi perjuangan untuk memerdekakan rakyat Indonesia.

Tanggal 17 Agustus di tahun 2022 ini Indonesia akan merayakan 77 tahun kemerdekaannya. Menurut KBBI, Merdeka adalah bebas dari perhambaan dan penjajahan. Namun, bagaimana dengan kita? Apakah kita juga sudah merdeka atau masih mengalami penjajahan?

Mensyukuri kemerdekaan yang telah kita raih merupakan hal yang patut dilakukan, namun melakukan introspeksi untuk melihat sejauh mana cita-cita kemerdekaan ini telah kita capai, tidak boleh kita diabaikan, karena kemerdekaan adalah jembatan untuk memerdekakan rakyat Indonesia dari keterbelakangan.

Wajah Buram Indonesia
Dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia misalnya, Indonesia jauh tertinggal. Memang Indonesia berhasil mengukir prestasi indah dalam olimpiade Tokyo 2020, maupun kejuaraan lainnya, tetapi potensi itu belum diberdayakan secara maksimal.

Wajah buram Indonesia tidak hanya dapat dibaca di Papua, tetapi juga pada daerah-daerah lain. Perang antarsuku bukan hanya terjadi di Papua, tetapi juga di Kalimantan, dan daerah lain. Orang Madura diusir dari Kalimantan, orang Jawa diusir dari Aceh. Belum lagi pengkaplingan dan penutupan daerah berdasarkan sentimen agama, seperti di Halmahera dan Ambon yang dikapling-kapling berdasarkan agama. Hal yang sama juga terjadi di Poso, bahkan di Bekasi yang sudah cukup maju pun masih ada klaim pengkaplingan daerah berdasarkan agama.

Wajah buram Indonesia juga dapat dibaca dengan jelas lewat banyaknya pengangguran dan orang miskin. Bicara tentang kemiskinan dan pengangguran, Indonesia jauh lebih miskin dibanding Malaysia dan Singapura. Angka kemiskinan nasional pada Maret 2021 tercatat 10,14 persen atau 27,5 juta jiwa, belum lagi ditambah orang-orang yang kena dampak dari pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pendemi Covid-19. Keterpurukan Indonesia saat ini menjadi lengkap akibat bencana yang tidak mengenal belas kasihan. Jumlah orang miskin dan pengangguran bertambah terus. Penyakit dan kejahatan merajalela. Jakarta sebagai pintu gerbang Indonesia sudah mulai dijauhi turis mancanegara karena dinilai kurang aman.

Dalam kondisi seperti ini, masihkah mereka yang menderita bisa bersyukur atas kemerdekaan Indonesia?

Makna Kemerdekaan
Ir. Soekarno secara tegas menjelaskan bahwa, "Saudara-saudara, apakah yang dinamakan merdeka? Di dalam tahun '33 saya telah menulis risalah yang bernama 'Mencapai Indonesia merdeka'. Maka didalam risalah tahun'33 itu, telah saya katakan, bahwa kemerdekaan, polietieke onafhankelijkheid, political independence, tak lain tak bukan, ialah satu jembatan, satu jembatan emas. Saya katakan didalam kitab itu, bahwa diseberangnya jembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat."

Ir. Soekarno menjelaskan bahwa Indonesia harus siap merdeka. Indonesia tidak perlu menunggu segalanya menjadi baik, baru memberanikan diri untuk merdeka dan lepas dari penjajah. Menurut Ir. Soekarno, mengutip perkataan Armstrong, Ibn Saud mendirikan Saudi Arabia Merdeka hanya satu malam. Sebanyak 80 persen rakyatnya pada waktu itu masih nomad, bahkan mereka tidak tahu bahwa mobil harus menggunakan bensin, sehingga rakyatnya pernah memberikan gandum pada mobil Ibn Saud. Setelah proklamasi kemerdekaan, barulah Ibn Saud membangun rakyatnya. Jadi kemerdekaan adalah jembatan emas. Di dalam Indonesia merdeka itulah baru kita memerdekakan rakyat kita (pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945).

Pemahaman Ir. Soekarno mengenai makna kemerdekaan harus menjadi dasar bagi introspeksi kita sebagai bangsa. Benarkah kita sudah berjuang untuk memerdekakan rakyat Indonesia? Benarkah kita mengakui bahwa kemerdekaan adalah jembatan sebagai peluang emas untuk membangun masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, yang kita rindu-rindukan?

Indonesia akan segera menjadi cemerlang jika kita mengakui kemerdekaan adalah jembatan bagi peluang emas. Keputusan untuk bersama-sama menyeberangi jembatan itu adalah keputusan bersama. Indonesia bukan hanya satu secara politik dalam ikrar kemerdekaan, tetapi harus menjadi masyarakat Pancasila yang satu. Artinya kita tidak boleh lagi berdebat mengenai kesatuan Indonesia yang telah kita ikrarkan, sebaliknya kita harus terus menjaga kesatuan dalam seluruh bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Perjuangan setiap orang Indonesia adalah perjuangan untuk semua, dan perjuangan Indonesia (semua) untuk satu. Dalam Indonesia yang merdeka, semua individu memiliki hak untuk mengalami kemerdekaan dan dimerdekakan. Jika hal ini terjadi, maka semua orang Indonesia pasti akan meneteskan air mata karena mengenang perjuangan para pahlawan yang tanpa pamrih memperjuangkan kemerdekaan bangsa kita. Rasa kebangsaan kita akan makin kokoh dan kejayaan Indonesia hanya tinggal menunggu waktu saja. Sayangnya yang terjadi adalah sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun