Mohon tunggu...
Yogi Andriansyah Panjaitan
Yogi Andriansyah Panjaitan Mohon Tunggu... -

Mencoba Berbagi apa yang patut diberitahu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Wanita Penuntun Masa Depan "Anak Rimba"

3 Januari 2019   23:51 Diperbarui: 4 Januari 2019   08:56 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saur Marlina Manurung, perempuan kelahiran Jakarta, 21 Februari 1972 (Umur 46 Tahun) ini sukses membawa pendidikan bagi anak-anak suku Rimba. Tidak hanya itu, ia juga mengajarkan pendidikan alternatif bagi komunitas adat, Terkhusus bagi suku pedalaman atau Orang Rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) Jambi.

Wanita yang lebih akrab disapa Butet Manurung ini merupakan Perintis dan pelaku pendidikan alternatif bagi masyarakat terasing dan terpencil di Indonesia. Sebelum mengajar baca tulis bagi anak-anak suku Anak Dalam di kawasan konservasi TNBD Jambi, gelar sarjana dan master di bidang Antropologi yang ia sandang pernah membawanya bekerja di sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berkonsentrasi pada isu konservasi hutan yang disebut Warung Informasi Konservasi (WARSI). Saat ini WARSI sudah berkembang menjadi Lembaga Resmi dan berubah menjadi Komunitas Konservasi Indonesia (KKI).

Butet merasa prihatin dengan kehidupan masyarakat pedalaman Jambi yang tidak tersentuh perkembangan zaman, apalagi ditambah dengan gangguan dari pihak-pihak asing yang ingin menguasai hutan yang merupakan rumah bagi mereka. Timbul pemikiran bahwa masyarakat rimba perlu mendapat pendidikan untuk melindungi mereka dari penindasan dunia luar.

sumber: instagram/thejungleschool
sumber: instagram/thejungleschool
Pada acara Leadership Camp National yang di adakan oleh Bank Indonesia di 7-11 Desember 2018 bertempat di kota Bogor lalu yang di hadiri oleh 500 Mahasiswa perwakilan Generasi Baru Indonesia (GenBI) Se-Nusantara, Butet menjadi salah satu motivator yang diundang. ia turut menceritakan perjuangannya mengajar baca tulis kepada anak-anak suku rimba.

Untuk mewujudkan misinya, awalnya butet diharuskan hidup di pemukiman bersama mereka, mempelajari kebiasaan, adat istiadat, bahasa dan hal hal yang orang suku rimba Jambi yakini. Bahkan, ia harus berpakaian dan makan layaknya orang rimba. 

Dengan tekad untuk membawa perubahan, butet tidak mudah menyerah dan semakin semangat meyakinkan para orang tua bahwa pendidikan sangat dibutuhkan untuk perkembangan anak-anak mereka.

Tentu bukan hal yang mudah mengajarkan hal baru kepada kelompok yang hidup nomaden, berbagai penolakan butet dan sahabatnya dapatkan karena para orang tua yang takut pendidikan akan mengubah adat istiadat bahkan merubah anak mereka. 

Sebelum mendapatkan hati para orang tua, butet harus diam-diam mengajar baca tulis kepada anak-anak suku Rimba, berpindah-pindah dan bersembunyi agar tidak diketahui para orang tua.

Jalan tidak selalu mulus, beberapa kali butet ketahuan para orang tua sedang mengajar baca tulis kepada anak-anak Rimba. Ia mendapat hujatan, makian bahkan serangan. Tidak sampai disitu, ia pun diusir dari pemukiman suku Rimba. Tak mau menyerah, ia kembali dan berjanji tak akan mengajar lagi. Begitu seterusnya, ia kembali mengajar, ketahuan dan diusir dan kembali untuk mengajar.

sumber: instagram/sokolainstitute
sumber: instagram/sokolainstitute
Sampai suatu hari, didikannya menyelamatkan hutan. Seorang anak Rimba dapat membaca isi surat perjanjian yang menyatakan bahwa ketua suku bersedia menjual wilayah mereka kepada pihak asing. Ketua suku yang tidak mengerti baca tulis akan langsung setuju dan menanda tangani perjajian dan mereka pun akan diusir dari lingkungan mereka. Namun berkat anak itu, petaka tersebut dapat dihindari.

Sejak saat itu, ia mulai mendapat simpati dari masyarakat suku Rimba Jambi, para orang tua mulai ikut belajar baca dan tulis. Akhirnya di tahun 2003 berdirilah Sokola Rimba sebagai tempat proses belajar mengajar orang Rimba. Tidak seperti sekolah formal biasa yang kita ketahui, sokola awalnya hanya sebuah dangau tak berdinding. Dengan kata lain, hutan merupakan sokola yang luas bagi suku Rimba untuk belajar baca dan tulis. Saat ini, Sokola Rimba berkembang menjadi sebuah institute dibawah naungan Butet dan sahabat-sahabatnya yang sudah tersebar di beberapa daerah seperti Flores, Halmahera, Bulukumba (Sulawesi), Pulau Besar dan Gunung Egon, Aceh, Yogyakarta, Makassar, Klanten, dan Bantul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun