Mohon tunggu...
Yoggi MoresWalesasi
Yoggi MoresWalesasi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional

be different in a positive way

Selanjutnya

Tutup

Nature

Climate Change, Konsekuensi Global, serta Komitmen Indonesia dalam Menyikapinya

27 Januari 2022   09:32 Diperbarui: 27 Januari 2022   09:34 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berbagai fenomena alam yang belum pernah terjadi dan bahkan belum pernah diperkirakan sebelumnya, saat ini sedang terjadi di berbagai belahan dunia, hal ini menandakan bahwa dunia sedang menghadapi suatu fase nyata akibat dari perubahan iklim dan pemanasan global, fenomena seperti meningkatnya pencairan es di kutub utara dan selatan akibat suhu bumi yang sedang memanas yang menyebabkan meningkatnya permukaan air, dan berbagai fenomena Langkah lainnya seperti contoh siklon tropis yang menurut BMKG sebagai fenomena alam yang Langkah yang bahkan sangat jarang terjadi dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, namun hanya dalam kurun waktu satu tahun kemarin tepatnya pada tahun 2021 fenomena alam ini  terjadi sebanyak 4 kali di Indonesia (BMKG, 2009), menurut BMKG hal ini terjadi karena suhu di perairan Indonesia semakin memanas, tentunya ini merupakan isyarat bagi kita semua bahwah saat ini Bumi sedang tidak baik-baik saja, lalu aspek apa saja yang merasakan dampak yang sangat merugikan dari adanya peristiwa ini?, apakah dampaknya hanya berdasarkan wilayah territorial saja atau secara global?.

Perubahan iklim atau climate change bukan hanya memberikan dampak bagi suatu negara saja, namun hal ini berlaku secara global, jadi penanganannya juga harus secara global yaitu dengan pertemuan diantara negara-negara Industri besar dan negara agraris untuk membahas bagaimana Langkah untuk mengurangi serta mencegah peroses perubahan iklim yang sedang terjadi saat ini, karena fenomena ini merupaka hasil dari produktivitas manusia dalam memenuhi segala kebutuhannya di berbagai bidang salah satu yang paling memberi dampak terhadap meningkatnya emisi gas yang menjadi penyebab utama dari fenomena ini (KEMENKEU, 2021), ada beberapa bidang yang menjadi penyumbang terbesar emisi gas yaitu perindustrian dan peternakan. 

Selain itu juga perubahan iklim berdampak pada bagaimana ketersediaan pangan dunia, seperti contoh Indonesia yang merupakan negara agraris yang merupakan negara pertanian, kekurangan cadangan pangan akan membuat ekonomi ikut terdampak dan hal ini akan membuat situasi politik di suatu negara akan kacau sehingga berbagai bencana kelaparan akan terjadi di seluruh dunia, hal ini kalau tidak segera mendapat respon dari dunia Internasional, maka kita akan hidup dengan lebih banyak masalah daripada harapan.

Jadi bagaimana apakah fenomena ini bisa diatasi ataukah kita sudah terlambat dalam melakukan pencegahan?, bagaimana upayan dinia Internasional untuk mengatasi fenomena ini?, tentunya dunia Internasional sudah merespon fenomena ini dengan diadakannya persetujuan Paris atau Paris agreement yang mana ada 197 negara yang duduk Bersama membahas tentang fenomena perubahan iklim tersebut, yang mana forum itu menyepakati dan berkomitmen untuk mengawal reduksi dari emisi gas tersebut, Indonesia merupakan salah satu negara yang menunjukan komitmennya bagi dunia Internasional dalam hal menangani masalah ini, dalam pertemuan Conference of the Parties (COP) ke 26 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Glasgow UK, Presiden Jokowidodo menyampaikan komitmen Indonesia dalam mengatasi permasalahan tersebut lewat disahkannya Perpres tentang nilai ekonomi, wujud dari kebijakan ini seperti dengan menunda pemberian ijin pembukaan hutan, serta melakukan restorasi lahan gambut, meningkatkan penggunaan energi terbarukan serta merehabilitasi serta menyerahkan hutan untuk tujuan social (Sustikarini, 2020), penerapan kebijakan ini merupakan suatu upaya Indonesia dalam mengantisipasi dan mencegah  semakin parahnya perubahan iklim global serta upaya untuk mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) pada tahun 2030 dan Net Zero Emission pada tahun 2060, tentunya kita tahu bahwah Langkah ini juga untuk kepentingan dalam negri dan keberlangsungan kehidupan masyarakat yang lebih baik kedepan, mengingat Indonesia sebagai salah satu negara penyuplai Oksigen terbesar di dunia lewat hutan tropis yang ada di Pulau Kalimantan yang dijuluki paru-paru Bumi.

References

BMKG. (2009). Siklon Tropis. Siklon Tropis, pp. http://meteo.bmkg.go.id/siklon/learn/01/id#:~:text=Siklon%20tropis%20merupakan%20badai%20dengan,lebih%20dari%2026.5%20%C2%B0C.&text=Diameter%20mata%20siklon%20bervariasi%20mulai%20dari%2010%20hingga%20100%20km.

KEMENKEU. (2021, Juli 27). Perubahan Iklim ancaman Global yang berdampak sama seperti COVID19. Berita, pp. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/perubahan-iklim-ancaman-global-yang-berdampak-sama-seperti-pandemi-covid-19/.

Sustikarini, A. (2020, januari 16). Politik Perubahan Iklim. Kolom, pp. https://news.detik.com/kolom/d-4861134/politik-perubahan-iklim.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun