Mohon tunggu...
Yogatama Yanuar
Yogatama Yanuar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

tertarik dengan Gerakan Koperasi. Suka Musik dan Visual Art. yogatama.yanuar@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Money

Berdaya dengan Modal Kecil

19 Juni 2013   11:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:46 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13716169141810417115

Setiap hari pasar Hamiya bangun lebih pagi dari biasa. perempuan ini menyiapkan peralatan menjaring ikan untuk Saefuddin suaminya, lalu membereskan ikan-ikan beku hasil tangkapan kemarin. Setelah semua beres, dia langsung berangkat ke lapanya dengan membawa ember-ember berisi ikan.

Hamiya berjualan ikan untuk menambah pendapatan keluarganya. Di Buton-Muna wilayah para penjual ikan disebut papalele, walaupun banyak diantaranya peremuan. hamiya senang bekerja sebagai papalele. "lumayan, selain hasil tangkapan suami yang kini mencapai rata-rata antara Rp. 100.000 hingga Rp. 150.000 setiap kali jualan, beberapa nelayan yang menitipkan hasil tangkapannya memberikan 10% hasil penjulanannya untuk saya," tutur Hamiya.

Sebelumnya, Haniya tidak membayangkan dia dapat berjualan ikan di pasar kecamatan yang buka tiap 2 hari sekali. Saat itu dia tidak punya modal untuk berjualan, sementara sampan dan jaring suaminya juga rusak. Kini selain penambahan pendapatan, Hamiya memiliki otoritas. "Saya bisa menentukan harga ikan berdasarkan musim dan jenisnya, bahkan kepada siapa ia menjualnya. Kalau tetangga atau orang yang menawar ramah, ya saya kasi bonus atau saya kurangi harganya." tuturnya sambil tersenyum.

Maju Bersama

Modal merupakan masalah utama bagi banyak perempuan atau pun keluarga kecil di wilayah pesisir untuk memulai usahanya. menyadari kondisi ini, JPKP Buton memfasilitasi terbantuknya lembaga ekonomi lokal (LEL) sebagai wadah ekonomi komunitas. Melalui LEL lah, hamiya mendapatkan akses modal wal untuk berjualan. mereka memberi jaring baru, memperbaiki perahu,  dan modal awal membeli ikan. Kini, rumah keluarga bisa di renovasi karena omzet penjualannya semakin besar.

Lembaga Ekonomi Lokal ini menjadi tempat bagi masyarakat untuk berdaya dengan apa yang mereka punya, dan mengelolanya untuk kepentingan bersama. Awalnya LEL diterapkan di desa Lanto dan Sukanayo atau desa lainnya di Kabupaten Buton merupakan wadah simpan pinjam, yang juga fokus pada pemasaran dan menampung hasil tangkapan nelayan atau produk olahan lainhya.
Perkembangan LEL sangat tergantung pada potensi di wilayah masing-masing. Jika di Desa Lanto fokusnya pada penjualan ikan dan penenun, di desa Sukanayo, mereka sepakat modal awal yang terkumpul dari anggota digunakan untuk mengembangkan usaha kue dan tenun yang deianggap memiliki potensi ekonomi tinggi.Proses awal pembentukan LEL tidaklah mudah. Banyak ketidak percayaan dan keraguan, bahwa modal yang dikumpulkan dapat membentu ekonomi mereka dan dapat kembali nantinya. Tetapi lewat diskusi antar masyarakat, serta kesepakatan mekanisme pemberian pinjaman yang dibicarakan secara terbuka, kepercayaan mulai tumbuh.

Seperti yang terjadi saat menghadapi masalah pengembalian pinjaman yang tertunda karena penentuan pasar belum tepat. dari hal ini anggota LEL belajar mengatasi masalah bersama. Di Sukanao, LEL menetapkan mekanisme pemberian pinjaman dengan proses penilaian kelayakan penerimaan kredit. ada wawancara soal pendapatan, bagaimana komitmen untuk memajukan perekonomian dan tingkat keterlibatannya dalam kegiatan kemasyarakatan di desa mereka. Kini anggota LEL lebih dai 100 orang. Bahkan kini, LEL sudah mampu memfasilitasi pembelian kapal katingting (perahu kecil).

Di lanto, kelompok penenun perempuan merasakan biaya produksi yang lebih murah, saat kelompok membeli benang dalaam jumlah besar. Marsiah ketua kelompok tenun menuturkan LEL menguntungkan mereka. "Kalau beli benang bersama satu gulung ukuran sedang bisa dapat Rp. 11.000 padahal kalo beri sendiri bisa Rp. 14.000 rupiah".

Pemberdayaan desa-desa pesisir amat penting untuk meningkatkan kemandirian masyarakat pesisir. Bukan modal besar yang dibutuhkan, tetapi ruang informasi dan dukunga kepercayaan untuk meneta ekonomi lokal sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Masyarakat desa lanto dan Sukanayo di Kabupaten Buton telah membuktikannya.

Sumber : Majalah Respect Edisi 15, tahun 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun