Di tengah derasnya dinamika perubahan secara global yang ditandai dengan disrupsi teknologi, ketidakpastian geopolitik, krisis iklim, dan pergeseran nilai sosial, satu pertanyaan penting terus menggema: apakah aparatur sipil negara (ASN) kita sudah disiapkan untuk menghadapi masa depan? Jika jawabannya belum sepenuhnya, maka siapa yang paling bertanggung jawab untuk membekali mereka?
Dalam konteks inilah, Lembaga Administrasi Negara (LAN) menempati posisi strategis. Sebagai lembaga yang diberi mandat untuk mengembangkan kapasitas ASN, LAN bukan hanya berperan sebagai penyelenggara pelatihan semata. LAN sesungguhnya memegang misi besar dalam membentuk karakter, kapasitas, dan pola pikir ASN Indonesia agar mampu menjadi garda depan pelayanan publik yang adaptif, inovatif, dan berintegritas.
Cara Lama Tak Lagi Cukup
Selama bertahun-tahun, pendekatan terhadap pelatihan dan pengembangan ASN cenderung bersifat administratif dan seragam. Format pelatihan konvensional yang kaku, tatap muka berhari-hari, materi paparan yang monoton, penugasan yang berfokus pada kelengkapan dokumen ketimbang dampak pembelajaran dan lebih sering menghasilkan kepatuhan prosedural dibanding transformasi perilaku.
Padahal, dinamika birokrasi hari ini tidak bisa dijawab hanya dengan menjalankan prosedur. Dibutuhkan aparatur yang mampu berpikir cepat dan strategis di tengah-tengah perubahan yang fluktuatif, ASN yang melek digital dan mampu memanfaatkan teknologi demi kepentingan pelayanan publik yang terbaik, menjunjung tinggi nilai integritas dan peka terhadap kebutuhan masyarakat luas serta ASN yang mampu membuat keputusan di tengah ketidakpastian dan tekanan.
Kondisi ini menuntut perubahan paradigma dalam pembelajaran ASN. Pola pelatihan yang hanya berorientasi pada transfer pengetahuan tidak lagi memadai. ASN masa depan perlu mengalami proses belajar yang memberdayakan, membentuk karakter, serta mendorong kolaborasi dan inovasi.
LAN: Dari Lembaga Pelatihan Menjadi Rumah Belajar
Menjawab tantangan tersebut, LAN melakukan transformasi mendalam. Bukan hanya dalam hal metodologi pelatihan, tetapi juga dalam cara pandang terhadap peran pembelajaran dalam reformasi birokrasi. LAN tidak lagi menempatkan dirinya sekadar sebagai penyelenggara diklat, melainkan sebagai penggerak budaya belajar di lingkungan pemerintahan.
Beberapa pendekatan strategis yang telah dan sedang dikembangkan LAN antara lain:
Blended Learning dan Microlearning
 Pembelajaran tak lagi terbatas di ruang kelas. Kombinasi antara pembelajaran daring dan luring, serta penyajian materi dalam potongan kecil (microlearning), menjadikan pembelajaran lebih fleksibel dan kontekstual.-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!