Mohon tunggu...
yoandenandaherru
yoandenandaherru Mohon Tunggu... Dosen

Sport, Tecno and Model KIT enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Edukasi Sains Kosmetik dan Daur Ulang Minyak Jelantah: Mengubah Kelas Menjadi Laboratorium Kreatif di SMAN Olahraga Pekanbaru

26 September 2025   14:15 Diperbarui: 26 September 2025   13:46 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama peserta dan tim pengabdian di aula SMAN Olahraga Pekanbaru 

Pekanbaru- Di sebuah aula SMAN Olahraga Pekanbaru, siswa dan guru tidak sekadar menerima ceramah --- mereka mengaduk, mencium aroma, dan mengecap hasil karya sendiri. Melalui pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Program Studi Kimia yang  bertemakan  "Edukasi Sains Kosmetik: Pembuatan Skincare Alami Berbasis Ilmu Kimia" dan aktivitas daur ulang minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi, pendidikan sains diposisikan sebagai keterampilan hidup dan peluang kewirausahaan sederhana.

Mengapa kegiatan ini penting

Remaja adalah konsumen utama produk kecantikan; sayangnya literasi bahan dan keamanan kosmetik belum memadai. Bersamaan itu, minyak jelantah rumah tangga berpotensi menjadi polutan jika dibuang sembarangan. Kegiatan yang diprakarsai oleh tim pengabdian Fakultas Kehutanan dan Sains Universitas Lancang Kuning menjawab dua tantangan ini sekaligus: meningkatkan pemahaman ilmiah tentang kosmetik sederhana dan memberi keterampilan praktis mengolah limbah menjadi produk bernilai tambah.

Bentuk kegiatan di lapangan

Pelaksanaan berlangsung dalam format ringkas dan aplikatif: sesi teori singkat, demonstrasi formulasi, praktik kelompok, dan evaluasi sederhana. Tim memberikan penjelasan tentang cara membaca label, fungsi bahan aktif umum (mis. humektan, emolien), prinsip sanitasi sederhana, serta tahapan pembuatan produk skincare dasar yang aman dan transparan. Pada sesi daur ulang, siswa mempelajari langkah penyaringan, netralisasi bau, dan pencampuran bahan untuk menghasilkan lilin aromaterapi yang siap diuji oleh pengguna.

Dokumentasi kegiatan menunjukkan suasana antusias: foto pembukaan menampilkan seluruh peserta, foto meja kerja memperlihatkan demonstrasi praktis, dan foto kelompok kecil memperlihatkan diskusi intens dan uji produk. Kegiatan ini dirancang agar bahan dan peralatan mudah diperoleh di pasar lokal sehingga bisa direplikasi oleh sekolah lain.

Demonstrasi pembuatan Lilin dari Minyak Jelantah 
Demonstrasi pembuatan Lilin dari Minyak Jelantah 

 
Demonstrasi pembuatan dan uji produk kosmetik (Parfum)
Demonstrasi pembuatan dan uji produk kosmetik (Parfum)
Dampak langsung dan potensi jangka panjang

Secara langsung, peserta memperoleh:

  • Pemahaman dasar tentang keamanan kosmetik dan bagaimana menyusun formulasi sederhana yang aman.
  • Keterampilan teknis membuat toner, masker, atau lilin aromaterapi dengan peralatan sederhana.
  • Kesadaran lingkungan terhadap pengelolaan minyak jelantah dan peluang ekonominya.

Secara jangka panjang, luaran yang diharapkan meliputi modul panduan praktikum, dokumentasi untuk publikasi pengabdian, dan pengembangan unit kewirausahaan sekolah (mis. produksi batch kecil untuk bazar sekolah atau simpanan OSIS). Keberlanjutan program akan lebih kuat apabila ada transfer pengetahuan ke guru pembina sehingga produksi dapat terus berjalan.

Suara pelaksana dan peserta (ringkasan lapangan)

Dari pengamatan: siswa tampak lebih antusias ketika berhadapan langsung dengan bahan dan rasa hasilnya --- mereka membandingkan aroma, tekstur, dan kenyamanan saat diuji pada kulit. Guru-guru memberikan umpan balik positif terhadap pendekatan praktik karena mendekatkan teori pada konteks nyata. Tim pengabdian menekankan pentingnya protokol keselamatan sederhana (kebersihan alat, label bahan, uji sensitivitas kulit) agar praktik tetap aman.

Penutup --- ajakan kolaborasi

Inisiatif sederhana tetapi terstruktur seperti ini memperlihatkan bagaimana pengabdian berbasis sains dapat memberikan dampak ganda: meningkatkan literasi sains remaja sekaligus menawarkan solusi pengelolaan sampah rumah tangga. Bagi pembaca Kompasiana yang tertarik ingin mengadopsi model ini di sekolah masing-masing atau berkolaborasi untuk penyusunan modul/pelatihan guru, tim siap berbagi modul teknis dan dokumen pendukung.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun