Mohon tunggu...
heru suti
heru suti Mohon Tunggu... Administrasi - Merdeka

Menulis untuk menghasilkan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Lahir Pancasila, Healing dan Inspirasi

1 Juni 2022   09:15 Diperbarui: 1 Juni 2022   09:17 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taman Perenungan Bung Karno (Foto: shutterstock/freinademetz  diambil dari website kemenparekraf.go.id)

Tanggal 1 Juni beberapa tahun terakhir resmi menjadi tanggal merah, libur nasional. Hari penting buat bangsa Indonesia, hari lahir konsep dasar negara Pancasila.

Pagi-pagi TVRI Nasional sudah menayangkan siarang langsung peringatan upacara hari lahir Pancasila ini. Rajin sekali, jam 6 pagi mereka sudah memulai siarannya. Demikianlah, karena memang tahun ini upacara hari lahir Pancasila dilaksanakan di Ende Nusa Tenggara Timur. Sebuah lokasi yang bukan masuk kedalam golongan daerah bergenre waktu Indonesia bagian barat alias WIB. Dengan demikian tentu waktu di sana sedikit lebih siang dong, wajar kalau sudah mulai berupacara. Ini bagus, biar sekali-kali kami kaum WIB di wilayah barat ini yang menyesuaikan waktu dengan saudara-saudara kita di timur Indonesia.

Kenapa kok di Ende? Konon, di sanalah dulu Bung Karno pada awalnya merumuskan konsep dasar dari Pancasila. Nilai-nilai dasar yang kelak terumuskan dalam Pancasila direnungkan oelh bapak proklamator kita di tempat ini. Perenungan yang mendalam beliau lakukan pada saat mengalami masa pembuangan di  tahun 30an. Kabarnya beliau saat itu diasingkan oleh Pemerintah Hindia Belanda selama empat tahun di Ende. Lokasi yang tadi pagi digunakan sebagai tempat dilaksanakannya upacara bendera dipimpin langsung oleh Presiden RI, Joko Widodo.

Lokasinya di dekat pantai, saat ini diberi nama Taman Perenungan Bung Karno dengan sebuah pohon sukun rindang yang saat ini diberi nama Pohon Pancasila.

Dari sisi lokasi memang sebuah tempat yang sempurna untuk merenung. Ya. Berada di dekat pantai, jauh dari keramaian juga pohon sukun yang rindang. Itu termasuk dalam kategori yang sangat baik sebagai sebuah tempat untuk healing. Pohon sukun tersebut kini dinamakan pohon Pancasila, ini sudah pohon ketiga yang ditanam sesuai pesan Bung Karno agar menanam lagi pohon sukun bila pohonnya mati.

Yah, kalau definisi dari healing adalah kegiatan untuk refreshing psikologis, untuk charging mental  dan perenungan reflektif maka lokasi yang demikian itu adalah sangat pas.

Dalam konteks Bung Karno, domain dari persoalan dunia yang menjadi beban pikirannya adalah masalah kebangsaan, mimpi merdekanya sebuah bangsa besar yang begitu majemuk. Mimpi mengembalikan kejayaan sebuah bangsa yang lama menjadi marjinal di tanahnya sendiri pada saat tatanan dunia masih lazim dengan kolonialisme, pada saat bangsa di nusantara secara resmi masih bernama Hindia Belanda yang dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal, seorang Belanda.

Healingnya Bung Karno tentu bukan sekedar terbebas dari rutinitas sehari-hari. Ya,dengan dibuang jauh dari habitat kesehariannya tentu secara fisik beliau jadi lepas dari rutinitas harian pergerakan nasional  maupun dari kolega-kolega dekatnya kala itu. Sejenak menyingkir dari rutinitas dan saatnya untuk merenung karena memang suasana dan keadaan yang mendukung. Sebenarnya keadaannya memaksa sih...

Tapi ya begitulah, orang baik selalu bisa menemukan hal baik dalam kondisi yang sangat tidak baik. Dan alam Ende sepertinya tahu itu untuk kemudian memberikan dukungannya berupa suasana atau entah apalah yang membuat inspirasi itu masuk ke dalam pikiran dan hati seorang Soekarno kala itu. Perpaduan antara keresahan seorang bapak bangsa dan alam yang bersahaja...

Oh pohon sukun, oh alam Ende di tahun 30-an, terima kasih tentunya kami sebagai anak bangsa atas apa yang ada sehingga Bung Karno kala itu mendapat hasil perenungan yang lalu menjadi ide dasar negara dari bangsa besar dengan ratusan juta manusia, limpahan sumber daya alam dan keragaman budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun