Mohon tunggu...
Yessy Septia Widiyastuti
Yessy Septia Widiyastuti Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Green Trade: Antara Globalisasi dan Keberlanjutan Lingkungan

27 April 2025   16:31 Diperbarui: 27 April 2025   19:40 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuntutan untuk menerapkan standar lingkungan yang lebih tinggi dapat dilihat sebagai hambatan perdagangan atau bahkan bentuk baru dari proteksionisme hijau. Beberapa negara, khususnya negara berkembang, berpotensi dirugikan karena belum memiliki infrastruktur atau teknologi untuk memenuhi standar keberlanjutan yang ditetapkan negara maju. Mereka menghadapi risiko terpinggirkan dari pasar global. Hal ini dapat memperburuk ketimpangan ekonomi yang sudah ada.

Selain itu, perbedaan standar lingkungan antar negara menimbulkan tantangan dalam menciptakan playing field yang adil. Tanpa koordinasi antarnegara yang kuat, green trade bisa menjadi sumber baru konflik perdagangan dimana negara-negara menuduh satu sama lain melakukan diskriminasi berbasis lingkungan. Misalnya, negara berkembang mungkin melihat CBAM sebagai bentuk diskriminasi terhadap produk mereka, sementara negara maju menganggapnya sebagai langkah untuk melindungi planet ini.

Meskipun demikian, mengintegrasikan green trade ke dalam sistem globalisasi ekonomi bukanlah hal yang mustahil. Langkah-langkah untuk mendukung dan mewujudkan perdagangan yang berkelanjutan bisa dilakukan melalui:

  • Transfer Teknologi dan Pendanaan: Negara-negara maju perlu mendukung negara berkembang dalam membangun produksi yang ramah lingkungan, melalui investasi, alih teknologi, dan pendanaan.
  • Standar Internasional yang Inklusif: Standar lingkungan global harus dikembangkan melalui negosiasi multilateral yang melibatkan semua pihak, bukan sekadar ditetapkan sepihak oleh kekuatan besar.
  • Penguatan Mekanisme Monitoring: Transparansi dalam supply chain global sangat penting untuk memastikan klaim ramah lingkungan tidak sebatas greenwashing.
  • Insentif Positif: Selain sanksi atas pelanggaran, perlu ada insentif bagi perusahaan dan negara yang berhasil mengurangi emisi atau megadopsi prinsip berkelanjutan.

Kesimpulan

Sebagai kesimpulan, bisakah green trade dan globalisasi ekonomi berjalan bersama? Jawabannya adalah bisa dan harus. Globalisasi dan green trade bukanlah dua konsep yang sepenuhnya bertentangan. Keduanya justru bisa saling memperkuat, asalkan prinsip keberlanjutan dijadikan sebagai fondasi baru dalam hubungan ekonomi internasional. Alih-alih memandang keberlanjutan sebagai hambatan, pelaku ekonomi perlu mengubah perspektif mereka dan melihat keberlanjutan sebagai peluang untuk inovasi. Teknologi energi terbarukan, praktik produksi rendah karbon, serta ekonomi sirkular membuka pasar dan menciptakan model bisnis yang lebih adaptif terhadap risiko lingkungan. Kerjasama internasional dan komitmen kuat dari sektor swasta dan masyarakat juga sangat diperlukan untuk mencapai proses perdagangan yang berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun