Mohon tunggu...
Yessi febrianty
Yessi febrianty Mohon Tunggu... -

Berasal dari kota kecil di Bengkulu, mantan pekerja Jakarta dan saat ini sedang belajar dan menetap di Yogyakarta. Menyukai traveling, membaca dan menulis apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama FEATURED

Mengapa Kita Sulit Lepas dari Jerat Kantong Plastik?

9 September 2017   13:11 Diperbarui: 5 Juni 2018   10:08 14095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Shutterstock

Melihat sejarah masyarakat tradisional Indonesia sendiri sebelum kantong plastik diperkenalkan, masyarakat terbiasa membawa keranjang belanja yang terbuat dari rotan atau anyaman bambu jika pergi ke pasar, membeli daging yang dibungkus dengan daun jati atau daun pisang, ikan teri dan sayuran yang dibungkus dengan kertas koran bekas. Namun sejak kantong plastik muncul dengan harga yang relatif murah, masyarakat merasa sangat terbantu hingga akhirnya ketergantungan dengan pemakaian kantong plastik.

Pemusnahan sampah kantong plastik yang selama ini kebanyakan dibakar atau ditimbun ternyata juga berdampak bagi kesehatan udara dan kualitas tanah serta air tanah dan mengancam ekosistem baik pada masa sekarang serta dalam jangka waktu yang panjang di masa depan. Masalah pengelolaan sampah plastik ini bahkan masih belum menemukan solusi yang benar-benar tepat hingga hari ini.

Sikap dan Pengetahuan ternyata belum cukup

Tahun 2011, dua orang peneliti dari Universiti Sains Malaysia (USM) bernama Hasrina Mustafa dan Ronzi Mohd Yusoff telah melakukan penelitian terhadap efektivitas kampanye 'Say No to Plastic Bag' yang dilakukan di dalam kampus USM. 

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengetahuan saja tidak memadai memotivasi perubahan perilaku jangka panjang. Hal yang lebih penting untuk menjaga perubahan perilaku adalah sikap positif yang kuat terhadap isu dan kondisi lingkungan yang ikut mendukung terpeliharanya suatu perilaku.

Bagaimana dengan masyarakat di Indonesia? Pada tahun 2010 sebuah gerakan sejenis bernama Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) dibentuk oleh beberapa anak muda yang dimulai di kota Bandung dan digaungkan melalui sosial media kepada masyarakat luas. 

Gerakan ini mengkampanyekan kepada masyarakat agar mau mengurangi pemakaian kantong plastik. Mereka mengusung kata 'diet' karena sepakat bahwa kantong plastik masih sangat sulit untuk tergantikan, dengan kata lain masih sulit untuk membuat orang-orang berhenti atau sama sekali tidak memakai kantong plastik.

Adapula data dari Greeneration.org, sebuah lembaga non pemerintah yang telah mengikuti isu sampah lebih dari 10 tahun dan merupakan inisiator GIDKP, yang melakukan sebuah riset tentang perilaku masyarakat terkait konsumsi kantong plastik pada tahun 2009. 

Hasil riset yang melibatkan 419 responden tersebut memperlihatkan bahwa 94% dari total responden mengetahui dampak atau bahaya dari kantong plastik, dan 64% setuju bahwa pemakaian kantong plastik harus dikurangi. Namun dengan berbagai alasan pula mereka tetap menggunakan kantong plastik.

Beberapa alasan yang paling banyak dikemukakan antara lain adalah tidak membawa kantong atau tas belanja sendiri sebanyak 79%, alasan lupa sebanyak 63% hingga alasan malas (tidak mau repot) sebanyak 15% dari total responden. 

Data riset juga menunjukkan bahwa masyarakat membutuhkan adanya kebijakan yang jelas dan tegas mengenai pemakaian kantong plastik (48%) serta adanya edukasi yang lebih spesifik mengenai masalah sampah plastik (38%) (Greeneration.org).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun