Sebagai seorang mahasiswa yang hidup di rantauan, melakoni ritual mudik ketika hari raya keagamaan tiba sudah menjadi sebuah tradisi dan keharusan. Hal ini dikarenakan berkumpul dengan keluarga menjadi momen sakral yang tak boleh dilewatkan. Jadi, memperoleh jatah mudik setahun sekali sudah merupakan berkah tersendiri. Apalagi kalau ongkos mudiknya dengan menggunakan uang pribadi hasil jerih payah “ngamen” sana sini. Rasanya sungguh berbeda karena kita tidak perlu lagi merepotkan kedua orang tua.
Seperti tahun ini, pada lebaran Hari Raya Idul Fitri nanti yang jatuh pada tangal 25 Juni 2017 saya berencana mudik ke tanah kelahiran Manado – Sulawesi Utara. Bila dihitung-hitung total kepulangan saya sudah 5 kali selama 5 tahun belakangan ini. Hal ini berarti 5 tahun sudah saya jauh dari keluarga dan berada di tanah rantau demi mengejar impian menyelesaikan studi dan memperoleh gelar di bidang akademik. Selama 5 tahun pula saya berupaya memanajemen diri dan berkesempatan untuk belajar banyak hal.
Jarak yang membentang antara domisili saat ini yaitu Pulau Jawa dan tanah kelahiran Pulau Sulawesi terbilang cukup jauh. Mau tidak mau saya harus menempuh jalur udara dengan menggunakan moda transportasi pesawat terbang. Waktu tempuh Jakarta – Manado kurang lebih sekitar 3 jam 15 menit (langsung, tanpa transit).
Tapi, sesungguhnya ada “kegalauan” yang kerap menyapa terutama bagi para mahasiswa rantauan ketika hari untuk mudik tiba. Hal tersebut tiada lain tiada bukan ialah: HARGA TIKET PESAWAT! Ya, menjelang lebaran yang notabene merupakan hari liburan dimana permintaan tinggi (peak season) pastinya membuat harga tiket pesawat melonjak tinggi. Guna mengantisipasi lonjakan harga tiket pesawat yang cukup menguras kantong mahasiswa, maka kita pun dituntut untuk pintar-pintar mensiasatinya dengan strategi jitu ala mahasiswa: Berburu tiket promo!
Berdasar pengalaman, minimal tiket pesawat harga murah dapat diperoleh dari maskapai low cost alias berbiaya rendah dengan kisaran harga kurang dari sejuta. Ya, hal tersebut tak menjadi masalah selama tiket pesawat sudah ada di genggaman yang artinya peluang untuk pulang ke rumah sudah di depan mata. Mengingat Indonesia sendiri memang masuk dalam daftar 10 Negara dengan harga tiket pesawat termurah.
Data survei Aviation Price Index dari Kiwi.com melansir bahwa harga tiket penerbangan Indonesia berada di peringkat kelima dengan harga US$ 6,84 atau senilai Rp 88.708 per 100 km. Harga tiket pesawat Indonesia ini jauh lebih murah dibandingkan Swedia, Filipina, Aljazair, Afrika Selatan dan Azerbaijan. Kendati demikian, tiket pesawat Indonesia memang terbilang masih lebih mahal bila dibandingkan dengan Portugal, Rusia, Malaysia dan India.
Berdasarkan data di tahun 2016, Indonesia merupakan “gudang”-nya pesawat murah (LCC) di ASEAN. Lion Air merupakan maskapai dari Indonesia yang memiliki armada terbanyak, yakni 110 armada untuk semua grup. Selain itu ada maskapai Wings Air sebanyak 48 armada. Jumlah pesawat LCC yang dimiliki Indonesia jauh lebih unggul daripada Malaysia, Filipina dan Thailand. Tapi, ternyata persaingan antar maskapai tidak hanya dalam jumlah pesawat, melainkan juga dalam hal pemesanan pesawat baru. Untuk meningkatkan pelayanan serta peremajaan armadanya, Lion Air bahkan telah melakukan pemesanan 507 pesawat. Wow!
Berkenaan dengan hal tersebut seiring pertambahan moda transportasi udara, ternyata juga diiringi dengan peningkatan jumlah penumpang pesawat baik domestik dan internasional. Semisal pada periode Januari-Desember 2016 silam, berdasarkan data diperoleh hasil bahwa jumlah penumpang domestik meningkat 10 persen menjadi 80,4 juta orang dan jumlah penumpang internasional naik 8 persen menjadi 14,8 juta orang dibanding tahun sebelumnya.