Refleksi Mariologis atas Insiden Berdarah di Bandara Moanemani
Oleh: Siorus Ewainaibi Degei
Pieta (bahasa Italia untuk "kasihan"), yang menggambarkan Perawan Maria menggendong jenazah putranya, Yesus Kristus, setelah wafat, telah diciptakan dalam berbagai bentuk oleh berbagai pelukis dan pematung. Dari semua lukisan dan patung besar bertema Pieta, karya Michelangelo-lah yang paling menonjol. Saya juga melihat imajinasi yang Angelo tangkap dalam diri mama-mama Papua yang memangku jenazah anak-anak mereka yang menjadi korban kekejaman militer Indonesia.
Saya sengaja memberi judul 'Pieta' (kasihan) dalam tulisan ini, karena inilah kesan pertama nurani saya sebagai manusia ketika berpapasan dengan korban-korban insiden kemanusiaan di Bandara Dogiyai, juga korban-korban lainnya di Papua. Terutama kesan nurani saya ketika melihat betapa hancurnya jiwa-raga perempuan-perempuan Papua yang sudah melahirkan manusia-manusia hebat di negeri inj, namun dalam sekejap kehilangannya.
Minggu, 10 Agustus 2025 Gereja Katolik Sejagat Merayakan Hari Raya Maria Diangkat Ke Surga. Maria di angkat ke surga adalah sebuah dogma tentang Maria yang resmi bersama tiga dogma lainnya: Maria dikandung tanpa noda, Maria Perawan, dan Maria Bunda Allah. Empat dogma Maria ini menjadi dasar studi Mariologi, yaitu suatu aliran teologi sistematis kristiani yang mendalami tentang peran Maria dalam sejarah iman dan sejarah keselamatan Allah.
Dogma Maria diangkat ke surga sendiri ditetapkan oleh Paus Pius XII pada 1950 dengan bunyi 'Maria, Bunda Allah dan tetap perawan yang tak bernoda, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia ini diangkat dengan jiwa dan raganya ke dalam kemuliaan surgawi'.
Mengapa Maria diangkat ke Surga dalam kemuliaan ilahi? Jawaban ringkasnya karena ia dikandung tanpa noda, karena dia tetap perawan (sebelum, saat, dan sesudah melahirkan Kristus), juga karena ia adalah bunda Allah itu sendiri, sehingga sama seperti Putra-nya yang mengalami kebangkitan badan, Maria juga diangkat ke surga tanpa meninggalkan sehelai rambu pun di perut bumi.
Jadi sebelum mengalami kemuliaan di surga, sebelum menerima mahkota kemuliaan dan menjadi ratu tersuci surga, Maria sudah lebih dahulu meniti jalan hidup yang berduri dan bekerikil di bumi. Ia melalui jalur tujuh kedukaan yang mendalam sebagaimana ramalan Simeon, seorang Nabi paruh Perjanjian Baru. Maria tidak melewati proses instan, namun suatu proses penuh dinamika yang polemis.
Inisiden Kemanusiaan di Bandara Dogiyai
Tepat hari Minggu, 10 Agustus 2025 juga terjadi sebuah insiden kemanusiaan yang mengentakkan nurani. Sekitar jam 14:00 WP bertempat di Bandara Theo Makai, Distrik Kamuu, Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah para siswa-siswi pelajar dari sebagian besar SMP-SMA dan ASN yang ada di Kota Dogiyai melaksanakan latihan gerak jalan dalam rangka lomba menjelang 17 Agustus, hari lahirnya negara Indonesia yang ke-80 tahun.