Mohon tunggu...
Yenny Novita
Yenny Novita Mohon Tunggu... Guru - Sharing 💐 Caring

Momie, Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ketika MPASI Tidak Semudah Saran Dokter

5 Januari 2022   09:53 Diperbarui: 16 Mei 2023   08:23 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Ketika mulai MPASI, Mommies pasti ingin yang terbaik untuk memenuhi gizi seimbang anak dengan memberikan makanan dan minuman yang disajikan setiap hari. Excited belajar tentang MPASI, menyiapkan bahan makan, peralatan makan dan bikin meal plan, sambil penuh harap anak menyukai dan memakan habis semua yang tersaji di piring. 

Ketika anak saya memasuki usia siap MPASI, saya pun sangat excited menyiapkan semuanya. Pada awal proses makannya, semua lancar. Berat badannya bertambah dalam hitungan normal.  Mendekati usia 1 tahun, dia menunjukkan rasa bosan pada nasi, bersyukur masih mau sumber karbohidrat lainnya, mie (semua anak pasti suka!! ). Tantangan datang ketika usianya menginjak tepat 1 tahun dan seterusnya, dia menjadi pemilih, sumber karbohidrat yang dia mau hanya mie, dan prohe yang dia suka hanya telur. Tiap nimbang berat badan, angka 10 masih setia menemani, belum mau bertambah hingga 6 bulan lebih.

Bingung nggak? Bingung nggak? Bingung lahhhh..Mommies yang punya pengalaman sama, paham banget rasanya . Anak aku kok ga mau makan? Padahal uda set jadwal makan,  nggak lagi tumgi, coba ganti menu, juga ga mau. Coba dikasih minum sufor juga nggak mau. Gimana kalau nanti stunting? Momie jadi dag dig dug tiap kali mau nyuapin makanan, kalau ditolak jadi bete, bingung, sedih, ini anak kenapa yah. 

Bawa ke bidan dan dokter yang sudah langganan, jawabannya "gpp, gizinya masih baik kok". Ini sebetulnya berlawanan dari informasi dokter lainnya tentang kenaikan gizi anak yang pernah saya baca, jadi menyebabkan kebingungan. Sampai ketemu satu dokter anak dan memberi vonis berbeda dari dokter sebelumnya, faltering katanya. Solusinya? Diberikan susu tinggi kalori dan zat besi juga makan yang berulang 4-5 kali. Ini bukan hal mudah, apalagi anak saya nggak suka sufor. Tapi diputuskan untuk COBA AJA DULU!! Hasilnya? Tetap setia di angka 10 berat badannya. Susu tinggi kalori akhirnya memang dia approve, karena model cair seperti susu UHT, itu pun dia minum tidak sesuai jumlah yang dokter berikan, maksimal dia 200 ml sehari kadang 150 ml sehari, pernah juga 100 ml sehari. Fase ini bagi saya memang tidak mudah, apalagi sebagai ibu baru. 

Dari semua kebingungan dan kekhawatiran, saya menarik diri mundur dan mulai coba berpikir dan membuka hati seluas-luasnya untuk kondisi sekarang ini. Saya singkirkan ketakutan-ketakutan, saya mulai fokus dengan apa yang dia makan dan kemajuan lainnya, bukan fokus dengan berat badannya. Ya, fokus dengan apa yang dia makan! Fokus dengan kemajuan-kemajuan yang dia buat, apa saja? Dulu dia tidak mau makan prohe lain kecuali telur, sekarang dia mau makan ayam sebagai sumber prohe lainnya, dia mau makan nasi walaupun tidak setiap hari dan tidak dalam porsi banyak, tapi itu sebuah kemajuan. 

Ketika saya fokus dengan permasalahan, saya tidak melihat kemajuan itu, tapi ketika saya mulai melihat dia dan keinginannya, saya menemukan yang lebih penting untuk pertumbuhannya daripada sekedar kenaikan berat badan. Buka berat badan tidak penting, tapi itu bukan fokus utama saya lagi, ini juga jalan supaya momie tetap waras Tetaplah memberi makan sesuai jadwal, kalau dimakan ya syukur , kalau ditolak, dilepeh yang nanti dicoba lagi itu yang saya lakukan. No stress stress club!

Jadi mommies, mungkin juga bisa untuk melakukan hal yang sama. Mungkin ada momie yang tidak setuju hal ini.. its oke, tidak harus semua orang menjadi sama dengan yang lain Di tengah kebingungan dan kekhawatiran anak tidak mau makan atau susah makan, jangan lupa bahagia supaya  kita juga bisa melihat kemajuan makan anak-anak kita di sisi lain. Belajar makan adalah seumur hidup!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun