Kehadiran kata "siniar" mencerminkan upaya aktif Bahasa Indonesia dalam menyesuaikan diri terhadap perkembangan teknologi digital sekaligus menegaskan identitas lokal, sekaligus menjadi sarana literasi digital modern yang mudah diakses masyarakat.
Kata siniar merupakan kosakata bahasa Indonesia resmi (KBBI) yang baru diadopsi pada tahun 2021 sebagai padanan istilah podcast. Secara harfiah, kata ini memiliki arti siaran yang bisa berisi berita, musik, atau hal lain dan dibuat dalam format digital (videoatau audio) sehingga dapat diunduh dengan internet. Berbeda dengan siaran radio konvensional, siniar menawarkan fleksibilitas, kedalaman topik, dan sifatnya yang menyesuaikan permintaan konsumen (audiens). Kehadiran kata ini mencerminkan upaya aktif Bahasa Indonesia dalam menyesuaikan diri terhadap perkembangan teknologi digital sekaligus menegaskan identitas lokal. Dalam ranah linguistik, siniar dikategorikan sebagai kata benda konkret karena merujuk pada suatu produk digital yang spesifik.
Budaya mendengarkan siniar berkembang dengan cepat di Indonesia, hal ini menjadi media baru untuk berbagi pengetahuan, cerita, hiburan, hingga diskusi sosial. Siniar memungkinkan suara-suara dari berbagai latar belakang, mulai dari ahli di kota besar hingga penutur cerita rakyat di daerah, menjangkau narasumber luas tanpa batas geografis. Siniar menjadi sarana literasi digital modern, sekaligus wadah pelestarian bahasa dan cerita lokal dalam format yang mudah diakses oleh masyarakat.
Podcast telah menjadi penyelamat dalam kehidupan urban yang sibuk. Di tengah arus deras kota dan hidup yang kerap terasa tercabik-cabik, siniar-siniar itu bertindak bagaikan jangkar, memberikan ketenangan dan koneksi yang berarti.
Ruangan kecilnya di lantai empat hanya diterangi oleh layar laptop yang memancarkan spektrum warna biru. Di luar, gemuruh kota Jakarta tak pernah benar-benar berhenti: klakson bersahutan, deru AC tetangga, langkah kaki di trotoar. Tapi di telinganya, hanya ada siniar itu. Suara penyiar dengan logat Bali yang lembut bercerita tentang mitos penunggu pohon beringin, seolah menenun tembok yang memisahkannya dari kekacauan ibu kota.
Saat makin larut dan lampu gedung-gedung pencakar langit satu per satu mati, ia masih terbangun. Kesepian itu datang lagi, menggigit dan menghantui kepalanya. Tanpa berpikir panjang, jarinya mencari aplikasi kesayangannya. Ia memilih satu episode siniar tua, episode di mana suara itu – suara yang pernah begitu akrab, suara yang kini hanya tersimpan dalam bentuk digital sedang membahas puisi-puisi yang menenangkan dirinya. "Dengarlah derai-derai sampah dan besi..." ucap suara itu melalui earbud-nya, dan seketika kamar kos yang sempit itu terasa hangat.
Ia membayangkan ribuan orang lain, tersebar di sudut-sudut gelap kota atau kota lain, mungkin juga sedang menyandarkan kepala pada bantal, terhubung oleh gelombang siniar yang sama. Suara-suara asing yang membacakan berita, mendongeng, berdebat tentang politik, atau sekadar mengobrol santai, menjadi teman dalam kesendiriannya. Mereka adalah suara tanpa wajah, hadir tepat ketika ruang fisik terasa terlalu sunyi atau terlalu ramai.
Pagi pun tiba, matahari menyinari tempatnya. Ia melepas earbud, menyudahi episode siniar tentang cara merawat bunga anggrek yang baru saja ia beli. Suara yang semalaman dia dengar itu menghilang, tapi rasa yang dibawanya, ketenangan, pengetahuan, sepercik tawa masih menggantung di udara kamar. Ia tersenyum kecil. Di tengah arus deras kota dan hidup yang kerap terasa tercabik-cabik, siniar-siniar itu bertindak bagaikan jangkar. Gelombang suara yang tak kasat mata, menjembatani kesendiriannya dengan dunia digital, mengisi ruang hampa dengan percakapan, cerita, dan suara-suara yang tak pernah benar-benar pergi meski durasi telah usai. Mereka adalah teman dengar yang setia, selalu ada, hanya seujung jari saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI