Mohon tunggu...
Yayah Dzarotun
Yayah Dzarotun Mohon Tunggu... Guru - Kepala SMPN Satu Atap Cibitung

Saya ini seorang ibu yang siap mengabdi untuk kemajuan ibu pertiwi.Bekerja dengan ikhlas demi mengharap ridho Ilahi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

SMPN Satu Atap Cibitung Dulu dan Sekarang

6 November 2022   22:31 Diperbarui: 6 November 2022   23:19 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

SMPN Satu Atap Cibitung Dulu dan Sekarang
Oleh: Yayah DN

Sudah dua hari ini emosiku memuncak. Rasa sedih kesal dan frustasi berpelukan menjadi satu.
"Aku gagal,sebagai kepala sekolah aku sudah gagal  mewujudkan impian sekolah kecil ini", bisik batinku.
Belum puas membully diri sendiri,akupun menuliskan status whatsApp dengan beberapa kata kekecewaan. Beberapa orang teman merespon dengan memberikan simbol (semangat)."Lanjutkan perjuangannya bu,jangan menyerah dan jangan merasa gagal. Ibu pasti bisa."

Aku hanya bisa terdiam,ada sedikit ketenangan setelah membaca beberapa komentar teman-teman di whatsApp. "Aku harus bisa dan mampu mewujudkan impian sekolah kecil ini".
"Kamu sudah melakukan hal terbaik di sekolah ini,sudah banyak perubahan yang kamu lakukan di sekolah ini."
"Jangan menyerah,teruslah melangkah",bisikku menghibur diri. Bagaimana tidak kecewa,gegara tidak punya lahan, sekolahku tidak dapat di rehab total tiga lantai bertingkat di tahun 2022 ini. Aku begitu kecewa dan sedih dibuatnya.
Aku sadar semua ini gagal karena sebuah regulasi.SMPN Satu Atap lahir dari SDN Cibuntu 05,jadi yang berhak mengusulkan rehab total adalah pihak SD yang kami tumpangi.

Inilah fakta yang harus ku terima, tidak ada kata menyerah. Aku harus menciptakan perubahan besar di sekolah ini.
Walaupun memang perlu waktu dan pengorbanan yang cukup besar. Melakukan langkah kecil untuk melakukan perubahan besar merupakan sebuah keputusan terbaik. Dengan berbekal semangat,niat dan keyakinan kuat maka semua permasalahan akan terselesaikan. Itulah salah satu langkah yang aku lakukan selama lima tahun menjadi Kepala SMPN Satu Atap Cibitung.Tepatnya sejak 3 Januari 2018 hingga tahun 2022 ini.

Dilihat dari perkembangannya sekolahku ini seperti mati suri."Hidup enggan matipun tak mau". Lebih banyak kekurangan ketimbang kelebihannya. Sedikitnya jumlah murid,terbatasnya sa/pras, lokasi gedung yang berada diatas lahan SD yang sempit serta kurangnya SDM karena semua guru masih honorer menjadi pekerjaan rumah terbesarku. Aku sadar,sekarang nasib sekolah ini sepenuhnya ada ditanganku, sebagai kepala sekolahnya.

"Berdamai dengan keadaan" menjadi satu-satunya pilihan yang harus aku jalani. Menikmati belajar diruang kelas sederhana bersama lima puluh orang siswa  menjadi keunikan sendiri,salat jamaah dilapangan terbuka beralaskan rumput hijau juga sebuah kenikmatan, membaca buku cerita di depan kelas menjadi ciri khas tersendiri,dan masih banyak hal lainnya.

Langkah-langkah kecil mulai ku lakukan bersama para siswa,guru,orang tua,alumni dan tokoh masyarakat.
Menjalin jejaring dan silaturahmi menjadi pembuka awal perjuanganku.

Bersama mencari cara,ide
dan terobosan bermakna agar  dapat keluar dari kemelut ini. Tak henti-henti aku memberikan spirit kepada siswa dan guru, "berdamailah dengan kondisi yang ada". "Nikmati ,syukuri dan mulailah lakukan perubahan"
"Mari kita bergerak dalam satu visi misi "
"Bekerja dengan ikhlas dan amanah"

Tahun demi tahun perjuangan Kami membuahkan hasil,banyak prestasi yang berhasil Kami torehkan di bidang akademik dan non akademik,diantaranya: juara 2 kepala sekolah berprestasi tingkat Kab.Bekasi, salah seorang murid menjadi finalis duta baca Kab.Bekasi, juara umum pramuka dan satu hal yang paling keren adalah lahirnya sebuah  buku tunggal yang berjudul
"Menabur harap diladang impian,memoar Kepala SMP Satu Atap".

Sebuah buku yang berisikan perjuanganku dalam mengembangkan SMPN Satu Atap Cibitung.Di dalamnya ku tuliskan potret kondisi sekolah sebelum dan setelah aku datang sebagai matahari di sekolah ini.Perjuangan membuahkan hasil, alhamdulillah kini jumlah muridku sudah mencapai 205 orang dan mereka dengan senangnya menempati empat ruang kelas yang dipinjamkan SDN Cibuntu 05. Sinergitas antara SD-SMP Satu Atap kini sudah terjalin dengan baik. Semuanya berjalan kondusif.

Bekasi, 06/11/22
20.56

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun