Mohon tunggu...
Yayah AuliyatulFaizah
Yayah AuliyatulFaizah Mohon Tunggu... Menyukai seni budaya

Sedang belajar dan berusaha untuk lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Diary

Spirit Ramadhan di tengah ekonomi yang melemah

1 Maret 2025   23:16 Diperbarui: 1 Maret 2025   23:16 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Nyaris saja saya tidak percaya ketika sore tadi keluar rumah dan menghirup udara segar ke pasar. Biasanya di hari pertama puasa Ramadhan, sepanjang tepi jalanan pasar selalu penuh dengan para pedagang yang menjajakan aneka dagangannya mulai dari takjil macam es oyen hingga makanan berat seperti aneka nasi.

Oh ya, pasar ini pasar desa ya, bukan pasar besar seperti yang ada di pusat kota. Tapi meskipun hanya pasar desa, barang-barang yang dijual di sini lumayan lengkap, aneka sembako, elektronik, jajanan, bahkan emas permata pun juga ada.

Pada tahun-tahun sebelumnya, tiap sore hari di bulan Ramadhan pasar ini selalu ramai, penuh sesak oleh penjual dan pembeli yang bertransaksi. Saya pun sampai bingung mau beli apa, karena saking banyaknya yang dijual, hehehe..

Nah, sore tadi ketika saya melintas di jalanan pasar, saya benar-benar terkejut. Betapa tidak? Pasar yang biasanya ramai orang-orang kini berubah menjadi sepi. Ada sih beberapa penjual dan pembeli, tapi jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Angkringan dan bakso langganan saya pun tutup, padahal biasanya warung angkringan dan bakso itu selalu ramai pembeli yang antri. Entah fenomena apalagi ini, yang jelas saya sedih dan turut prihatin melihat kondisi ini. Betapa daya beli masyarakat kita memang tengah menurun. Hal ini menandakan bahwa kondisi sektor perekonomian memang sedang bermasalah. Terlebih dengan adanya gempuran berita korupsi di sana-sini (yang nominalnya sangat fantastis untuk rakyat kecil seperti saya), kondisi ekonomi yang kian melesu ini tentu jadi beban tersendiri.

Tak ada lagi pemandangan penjual dan pembeli yang bersemangat melakukan transaksi. Tak ada lagi kucing-kucing kecil yang melintas di jalanan pasar, berburu sisa-sisa makanan seolah turut merayakan pesta pasar yang hiruk pikuk dengan segala aktivitasnya. Suasana benar-benar sepi, pelan tapi pasti tabungan yang tak seberapa pun mulai terkuras. Belum lagi bagi yang tak punya tabungan karena penghasilannya pas-pasan, beban berat seperti apalagi yang harus mereka tanggung di tengah kondisi seperti ini.

Ekonomi yang melemah dan kesenjangan sosial yang kian melebar antara rakyat menengah ke atas dan menengah ke bawah tentu juga menimbulkan banyak masalah lain. Munculnya banyak pengangguran misalnya, yang tentu saja dibarengi dengan tindak kriminalitas dan kejahatan yang juga meningkat di mana-mana.

Di tengah kondisi yang serba sulit dan tidak pasti ini, ada baiknya untuk sejenak merenung dan berpikir jernih, seraya tak henti berharap supaya kondisi ini lekas membaik. Kondisi seperti ini tak lepas dari peran (takdir) Pencipta, selain karena faktor utama dari keserakahan manusia tentunya. Tapi, selagi belum terlambat, bukankah usaha untuk memperbaiki itu juga diperlukan?

Kita memang tidak bisa mengendalikan atau memperbaiki kondisi di luar diri kita, tapi setidaknya kita masih bisa mengendalikan dan memperbaiki apa yang ada dalam diri kita sendiri. Melalui spirit Ramadhan yang suci ini, marilah kita mulai usaha ini dari dalam diri kita sendiri. Benahi apa yang perlu dibenahi, perbaiki apa yang perlu diperbaiki. Tidak usah muluk-muluk, cukuplah dimulai dari diri kita sendiri untuk mulai menata diri dan menjadi pribadi yang baik meski itu sulit.

Kondisi ekonomi yang penuh dengan ketidakpastian ini tentu amat sulit dilalui, tapi yakinlah bahwa kita tidak sendiri. Senantiasa tetap percaya dan memohon pada Pencipta adalah kunci, sebab Dia juga yang berkuasa atas semua ini melalui ketetapan takdir-Nya.

Tidak harus menunggu Ramadhan tiba sebenarnya, tapi memang saat ini adalah momen yang tepat. Semoga hadirnya Ramadhan yang penuh berkah bisa menjadi oase di tengah-tengah kegersangan yang melanda negeri kita tercinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun