Mohon tunggu...
Yavis Nuruzzaman
Yavis Nuruzzaman Mohon Tunggu... Writer

Exploring the intricate tapestry of our world, one article at a time. Driven by curiosity and a desire to foster informed discussions. Join me in dissecting current affairs, sharing insights, and uncovering new perspectives.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelajaran dari Pintu Lapuk, Kata Sifat Membuat Tulisan Saya Mandek

6 Oktober 2025   13:04 Diperbarui: 6 Oktober 2025   13:04 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelajaran dar pintu lapuk

Saya akui, saya dulunya adalah penulis malas. Bukan malas mengetik, tapi malas mencari kata yang tepat.

Setiap kali saya harus menggambarkan sesuatu yang intens, saya selalu mengambil jalan pintas. Jika ada karakter yang gembira, ia "sangat senang." Jika hujan turun dengan deras, hujan itu "adalah sangat lebat."

Tulisan saya kala itu terasa seperti adonan yang mengembang berlebihan---lembut, berbusa, tapi kurang substansi. Kalimat-kalimat saya panjang, tapi energinya nol. Mereka hanya memberitahu, tidak menunjukkan.

Perjumpaan dengan Pintu Tua

Titik baliknya terjadi beberapa bulan lalu, saat saya sedang menyunting sebuah cerita pendek tentang sebuah rumah tua. Saya menulis kalimat ini:

"Pintu depan rumah itu adalah sangat tua dan rusak."

Kalimat itu terasa benar, tapi lemah. Saya membacanya lagi, dan lagi. Tiga kata: sangat, tua, dan rusak, hanya untuk mendeskripsikan sebuah pintu. Bukankah ada cara yang lebih efisien?

Saat saya merenung, saya teringat saran lama dari mentor menulis: Hentikan Kata Sifat, Ganti dengan Kata Kerja.

Saya menutup naskah saya, memejamkan mata, dan membayangkan pintu itu. Apa yang dilakukan pintu itu? Pintu itu tidak hanya tua; ia sedang melakukan ketuaannya.

Dari meditasi singkat itu, saya menemukan satu kata kerja yang kuat: Lapuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun