Mohon tunggu...
Yatmi Rejeki
Yatmi Rejeki Mohon Tunggu... Administrasi - Suka becanda,, biar awet muda.

Wanita biasa dari Jogja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Ketika Kau Menggangguku di Tengah Malam

17 April 2015   10:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:00 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perlahan Wulan meninggalkan kamar tidur. Dia menuju dapur yang menjadi ruang  favoritnya akhir-akhir ini. Dapur menjadi tempat untuk saling melepas rindu. Di sana  mereka bebas bercerita berjam-jam, diiringi gemericik air kran yang sengaja tak dimatikan. Sudah sebulan ini, ada seseorang meneleponnya  setiap tengah malam. Apalagi kalau sang penelepon sedang susah tidur dan galau. Dia harus menemaninya mengobrol hingga mengantuk.

Namanya Dhimas. Dia seorang pengusaha muda yang kesepian. Selain terbilang kaya di usianya yang masih tiga puluh satu tahun, dia juga tampan dan humoris.  Meskipun seperti tak ada cela pada dirinya, dia belum ingin menikah, alasannya dia masih trauma setelah putus cinta dengan pacarnya dulu.

"Wulan, kamu adalah wanita yang bisa membuatku tenang. Mendinginkan hatiku, saat aku sedang panas oleh masalah. Kamu juga menghilangkan kehampaan hidupku, kala aku dilanda kesepian dan kebosanan." Suara lirih Dhimas terdengar melalui ponsel.

"Dhimas, aku hanya bisa mendengarkan ceritamu, aku hanya bisa menjadi temanmu jarak jauh. Carilah istri agar bisa menemanimu setiap saat."

"Hari-hariku nyaman sejak kita sering berkomunikasi. Aku sudah merasa ada di sisimu, meskipun kita hanya berduaan melalui telepon ini. Sehari saja, tak mendengar suaramu, gurauanmu, terasa ada yang kurang di  hidupku, aku pasti akan merindukanmu."

Dan mereka pun mengobrol selama dua jam, setiap malam, setiap hari.

Hari demi hari, mereka semakin akrab, semakin sulit terlepas satu sama lain.  Wulan menyadari, dirinya sudah menikah, tetapi entah mengapa dia menikmati hubungan dunia maya itu. Awalnya dia hanya menganggap hiburan semata. Tetapi kadang timbul rasa kangen, cemburu, dan khawatir, jika sehari saja tak ada kabar. Entahlah, itu cinta, sayang, atau hanya perasaan persahabatan atau persaudaraan yang terlalu dalam. Mereka juga tak mengerti.

Terlintas di benak Wulan, permainan macam apa ini? Tidak ada gunanya, selain hanya menghabiskan waktu saja. Mengapa pertemanan itu melenakannya? Dia sudah merasa bahagia hidupnya, mengapa mencari kebahagiaan semu?

Malam itu, seperti biasa, tepat pukul dua belas malam, Dhimas menelepon.

"Halo sayang, aku kangen banget sama kamu." Terdengar suara Dhimas mendesah penuh nafsu.

"Dhimas, tidak biasanya  suaramu mendesah-desah seperti itu."
"Entahlah, mengapa tiba-tiba aku ingin..." Dhimas tak melanjutkan kata-katanya. Wulan selalu ngambek kalau dia mulai bicara hal-hal berbau sex.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun