Mohon tunggu...
Yasmi Nasir
Yasmi Nasir Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi

semangat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayah, Aku Menyesal

24 Januari 2021   11:02 Diperbarui: 24 Januari 2021   11:17 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

AYAH, AKU MENYESAL.

Setengah semester telah kulalui didunia pesantren, fasilitas yang belum memadai membuatku berfikir untuk memenuhinya saat aku pulang nanti, salah satunya adalah rak buku yang membuat buku dan kitab ku selalu berantakan karna tak ada kehadiranya.

Hari itu pun tiba, dengan semangat aku merancang semuanya saat dirumah, mulai dari berbelanja kayu bersama ayah dan membuatnya dengan desain yang aku inginkan.

Tak terasa seminggu telah berlalu dan waktu ku untuk kembali kepesantren tinggal menghitung hari. Tapi nyatanya lemari itu belum juga jadi, aku resah dan gelisah dengan sedikit marah kepada ayah yang belum bisa memenuhi keinginanku. Egoisnya aku yang berkata "pokoknya lemari itu harus jadi dan bisa aku bawa kepesantren" bentak ku kepada ayah.

Lemari telah jadi, tapi tidak mudah untuk membawanya. Ayah hanya menyarankan untuk tidak membawanya saat ini. Namun egoku yang sangat tinggi pada saat itu membuatku memaksanya untuk membawa rak buku kecil itu dengan berkata "udah, udah gak usah bawa sekalian biar aku berangkat kepesantren sendiri"  ucapku dengan amarah yang meletup-letup.  Cara paling mudah untuk menghilangkan amarah ialah dengan tidur dan besok adalah hari terahir para santri untuk kembali kepesantren.

Ditengah lelapnya aku tertidur ada seseorang yang sedang sibuk dengan pekerjaanya yang tak lain adalah ayahku. Dengan berbagai cara ia lakukan agar lemari tersebut dapat dibawa olehnya demi anaknya yang hendak kembali kepesantren.

Keesokanya, Saat aku terbangun semua kebutuhanku sudah terbungkus rapi dan siap untuk dibawa kepesantren, padahal aku pikir aku akan berangkat sendirian saja, pikirku saat amarah menyelimuti hatiku semalam. Tapi dengan lembut ayah berkata " lemari sudah siap, apalagi yang mau dibawa?".......

Pilu sekali rasannya hati ini, aku menyesal telah bersikap yang tidak sepantasnya kepada ayahku sendiri. Setelah barang dan yang lainya telah siap akhirnya aku dan ayah pergi kepesantren menggunakan bis, dipanggulnya lemari yang telah dikemas itu selama diperjalanan. Memang benar tidak mudah untuk membawanya, aku menyesal telah memaksanya untuk tetap membawa lemari itu. 

Aku tidak memikirkan sama sekali bagaimana Lelah dan repotnya ayahku selama diperjalanan yang aku pikirkan saat itu hanya ambisi ku agar dapat  tempat untuk  buku-buku ku yang berantakan. Padahal ada cara lain yang bisa aku lakukan selain membawa lemari dari rumah. Dengan keadaan kami yang hanya menggunakan kendaraan umum untuk pergi kepesantren bukanlah hal yang mudah untuk membawanya.

Selama diperjalanan, dalam hatiku aku terus berkata" ayah aku sungguh menyesal" aku bukanlah anak yang bisa mengerti situasi yang ada. Beberapa jam telah beralu sampailah aku dan ayah dipesantren tidak butuh waktu lama untuk ayah kembali pulang kerumah setelah memastikan aku telah sampai dipondok dengan lemari yang aku inginkan. Sholat dan makan hanya itu yang bisa ayah lakukan untuk sekedar melepas Lelah. 

Setelah itu ayah langsung berpamitan kepadaku dengan ucapan yang sebenarnya tidak ingin aku dengar " ayah pulang ya"... aku tak mampu berkata apapun, aku hanya mengangguk dan melihat langkah ayah yang semakin menjauh. Namun aku tak beranjak sampai ayah tak terlihat oleh pandanganku, tapi aku masi ingin melihat ayah. Aku berlari ke warung-warung samping pesantren yang setiap warungnya ada celah untuk ku bisa melihat ayah yang sedang berjalan dijalan raya menuju pangkalan angkot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun