Mohon tunggu...
Yasmina Shofa Az Zahra
Yasmina Shofa Az Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Mahasiswa berdomisili Bandung dengan ketertarikan pada bidang penulisan dan jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Sejuk dan Rindang, Trotoar Bandung Naha Sepi Keneh?

2 Januari 2023   09:31 Diperbarui: 2 Januari 2023   09:40 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trotoar Rusak di Bandung (detikcom)

Jika dibandingkan dengan Jakarta, cuaca di Bandung jelas juaranya. Lebih teduh, asri, dan sejuk. Anehnya, trotoar di Bandung justru lebih sepi dibandingkan di Jakarta yang super panas. Trotoar di Jakarta cenderung ramai tiap waktu, walau matahari sedang terik-teriknya tetap ada pejalan kaki yang menggunakan fasilitas trotoar. Logikanya, di Jakarta yang super panas saja tetap ada yang rela berjalan kaki, seharusnya di Bandung yang lebih rindang dan teduh lebih banyak lagi pejalan kaki yang menggunakan trotoar. 

Semakin ramainya Bandung, tidak membuat fasilitas trotoar semakin banyak digunakan. Justru yang ramai adalah jalanan, semakin banyak kendaraan pribadi ataupun angkot ugal-ugalan. Mengapa, pilihan berjalan kaki selalu jadi pilihan terakhir bagi warga maupun pendatang Kota Bandung? Berikut rangkuman penyebabnya.

Trotoar rusak tentu merupakan penyebab utama pejalan kaki enggan menggunakan fasilitas tersebut. Dilansir dari Detik.com (4/11/22), seorang warna Bandung menuturkan bahwa hanya sebagian kecil trotoar di Bandung yang berfungsi maksimal yaitu di sekitar daerah protokol atau pusat kota, sisanya pecah-pecah, retak, bahkan sudah dijalari akar pohon. Apakah saking banyaknya pohon di Kota Bandung, akarnya malah merusak trotoar jalanan? Tentu saja pejalan kaki tidak akan nyaman untuk berjalan di atas trotoar rusak.

Tak hanya masalah trotoar rusak, alih fungsi trotoar yang diinisiasi para pedagang juga menjadi salah satu penyebab trotoar di Bandung sepi peminat. Streetfood diartikan sebagai kegiatan jual beli di jalanan. Apakah berjualan di atas trotoar juga bisa disebut streetfood? Kalau bisa, mungkin Bandung sudah menjadi kota dengan streetfood terbanyak. Bandung memang terkenal dengan jajanannya yang murah dan nikmat, tapi banyaknya penjual tidak diimbangi dengan disediakannya tempat untuk mereka berjualan. Terlebih trotoar di Bandung cenderung sempit, ditambah penjual dengan gerobak dagangannya, apakah pejalan kaki dapat leluasa menggunakan trotoar?

Keamanan pengguna trotoar juga seharusnya diperhatikan oleh pemerintah. Trotoar ditujukan untuk pejalan kaki, bukan untuk jalur emergency di saat macet. Saking macetnya Kota Bandung, trotoar pun disasar para pengguna kendaraan roda dua sebagai jalan pintas mereka. Di trotoar kok masih takut ditabrak kendaraan? Dikutip dari PRFMNews.com (27/10/22), seorang pejalan kaki menyaksikan pemotor memasuki trotoar untuk menghindari macet dan melindas jalur difabel. Trotoar di Bandung sebagian besar sudah memfasilitasi jalur khusus untuk difabel, tapi apabila terus-terusan dilindas motor jalur ini pun bisa ikut rusak. Lantas apa yang tersisa dari trotoar di Kota Bandung?

Menciptakan suasana aman bagi pengguna trotoar juga merupakan upaya untuk meningkatkan kenyamanan fasilitas. Baik itu pagi, siang, maupun malam, suasana aman penting untuk diciptakan. Terutama di malam hari ketika secara alami manusia menjadi lebih waspada, tentunya secara sadar maupun tidak sadar kita akan mencari lingkungan yang terlihat dan terasa aman. 

Bagi pengguna kendaraan saja, Bandung di malam hari bak kota mati lampu. Entah itu karena lampu jalanan yang jarang, tidak berfungsi, hingga tertutup pepohonan. Lantas bagaimana dengan para pejalan kaki yang tidak punya penerangan sendiri seperti kendaraan. Tentu saja terasa lebih aman menggunakan kendaraan dari pada berjalan kaki di trotoar gelap gulita. Selain karena penerangan, Bandung pun masih terkenal dengan kasus begal dan geng motor yang cukup meresahkan warga. Berjalan di malam hari semakin tidak aman, seperti menyerahkan diri untuk jadi sasaran empuk tindak kejahatan.

Pemerintah, khususnya Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM), perlu untuk menganggarkan perbaikan jalan. Didi Ruswandi, Kepala DSDABM Kota Bandung, kepada Detik.com (4/11/22) menjelaskan bahwa sudah ada anggaran yang ditujukan untuk perbaikan trotoar, tapi hanya untuk satu daerah saja. Padahal banyak trotoar yang perlu untuk segera diperbaiki. 

Tak hanya perbaikan trotoar, diperlukan upaya untuk menciptakan ruang aman dan nyaman bagi pejalan kaki dengan memperbaiki trotoar yang rusak, menindak tegas tindakan penyalahgunaan trotoar, dan meningkatkan keamanan bagi para pengguna trotoar dengan memperbaiki fasilitas pendukung seperti lampu jalan. Pemkot Bandung perlu untuk menunjukkan bahwa kasus begal dan geng motor ditindak dengan serius sehingga pejalan kaki dapat lebih merasa aman untuk menggunakan trotoar di malam hari, tidak terasa seperti jurit malam!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun