Mohon tunggu...
Yasintus Ariman
Yasintus Ariman Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu ingin berbagi

Aktif di dua Blog Pribadi: gurukatolik.my.id dan recehan.my.id

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Aku Nyaris Melemparinya dengan Batu

2 September 2019   16:38 Diperbarui: 2 September 2019   16:41 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: trivia.id

Di kampung halamanku di desa Rana Mbata, kabupaten Manggarai Timur memiliki beberapa tempat yang menurut cerita orangtua dan warga setempat sebagai tempat yang sangat angker. Nama tempat tersebut antara lain Mbo Doro, Leko Betong, Wae Si'or, dan Sawah Lezo. Konon jika melewati tempat-tempat ini sendirian pada malam hari dan pada siang bolong,pasti saja ada gangguan. 

Gangguan itu berupa kain putih yang melayang-layang, kepala manusia tanpa badan yang berguling-guling. suara-suara binatang yang menakutkan dan jeriatan manusia yang minta tolong tetapi tidak ada orang. Sehingga masyarakat pada umumnya kalau pergi atau melewati tempat-tempat di atas selalu bersama-sama dengan orang lain atau sekurang-kurangnya ada yang menghantar.

Cerita-cerita seperti ini masih saja terjadi hingga saat ini. Dan, cerita-cerita seperti ini selalu diungkapkan pada malam hari. Pada umumnya masyarakat kampung Mbata sudah menganggapnya sebagai benar adanya. 

Meskipun masyarakat kebanyakan meyakininya, entah mengapa saya secara pribadi enggan melihatnya sebagai benar. Kadang teman-teman saya menceritakannya dengan penuh keyakinan. Bahkan mereka mengatakannya sebagai hasil pengalamannya sendiri. Saya langsung mengkritiknya habis-habisan. Kalimat yang sering saya ungkapkan adalah: " Sesungguhnya saudara takut sama bayanganmu sendiri." 

Namun di sisi lain ada juga teman saya yang secara jujur menceritakan kepada saya bahwa ada orang yang suka iseng dalam artian sengaja menakut-nakuti orang-orang yang lewat di sekitar tempat itu dengan cara bersembunyi di balik semak. jika ada orang yang lewat terutama pada malam hari, mereka sengaja melemparkan buah kelapa yang sudah diukir menyerupai kepala manusia. Ada juga yang sengaja menyemprotkan air dengan spoit tepat mengenai kaki bahkan badan dari orang yang lewat. Mereka tertawa terbahak-bahak ketika orang yang lewat itu berlari ketakutan sambil berteriak bahkan menangis.

Teman saya itu cerita berapi-api bahwa paman saya juga sering bekerja menakuti-nakuti orang yang lewat di tempat-tempat di atas. Saya pun berpikir dalam hati, pantas paman saya ini sering bercerita hal-hal yang membuat kami ponaannya takut. Padahal beliau menjadi salah satu tokoh yang suka kerjain orang-orang. Karena itu setiap kali paman becerita, sayalah orang yang selalu mengkritiknya dalam arti tidak mempercayainya.

Rupanya hal ini membuat paman saya itu kesal dan kadang memarahi saya. Suatu hari bapak saya menyuruh saya untuk mencek keadaan air di sawah kami di Sawah Lezo. Kebetulan pada saat itu musim kemarau. Sebab, kalau musim kemarau debet air berkurang sehingga tidak mengherankan warga kadang berebut air, meskipun sudah diatur jadwal jam untuk mengairi masing-masing lahan.

Tepat jam delapan malam saya pergi ke sawah. Anehnya pada saat itu orang-orang sudah tidak ada lagi, padahal malam-malam sebelumnya masih banyak orang yang sedang berkeliaran di sawahnya. Suasana jadi sangat sepi dan gelap. Keadaan ini membuat saya berpikir dan membayangkan apa yang sudah orang-orang ceritakan. Tetapi saya tidak mempedulikannya. 

Dari kejauhan saya melihat suatu sosok yang berpakaian putih berdiri tepat di depan pondok kami di sawah. Anehnya saya tidak lari tetapi ingin mendekatinya. Ketika saya makin mendekat, sosok itu melompat-lompat layaknya pocong dalam film horonya Indonesia. Saat itu saya mulai bergerak mengambil batu kali sebesar genggaman saya. 

Sosok itu melihat ke arah saya. Saya memang tidak mengenalinya karena wajahnya dan seluruh tubuhnya ditutupi dengan kapuk, sehingga terlihat putih. Semakin saya mendekat, semakin ia mempat-lompat mendekati saya. Tepat kurang lebih berjarak tiga meter, saya mulai meregangkan tangan saya untuk melemparinya dengan batu, sambil saya berkata: "Jika kau memang setan pasti kau bisa menangkis batu ini. tetapi jika kau manusia seperti saya, kau akan rasakan akibatnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun